Oleh Moh Alfazri Mokoagow Badko Sulut-Go
Internalisasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah inti dari identitas Indonesia sebagai negara yang pluralis dan multikultural. Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya sebuah simbol, tetapi harus menjadi pondasi kuat yang meresap ke dalam perilaku dan tindakan setiap warga negara.Pertama-tama, internalisasi Pancasila mencakup pengenalan dan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ini melibatkan pendidikan yang mendukung pembentukan karakter yang sesuai dengan ajaran Pancasila, baik di sekolah maupun dalam keluarga.
Pembelajaran yang menyeluruh tentang makna Pancasila sebagai panduan hidup adalah penting agar generasi muda dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.Selanjutnya, internalisasi Pancasila juga mencakup praktik kehidupan sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Ini termasuk dalam berinteraksi dengan sesama warga negara, di mana sikap toleransi, persatuan, dan gotong royong harus tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam lingkup sosial, ekonomi, dan politik.
Pancasila sebagai dasar negara juga seharusnya memandu pembuatan kebijakan pemerintah. Kebijakan publik yang adil, inklusif, dan berlandaskan keadilan sosial haruslah menjadi prioritas dalam rangka menciptakan kesetaraan bagi seluruh warga negara.
 Pemerintah juga harus memastikan bahwa Pancasila diterjemahkan ke dalam berbagai program pembangunan yang mencakup berbagai lapisan masyarakat dan daerah di seluruh Indonesia.Selain itu, internalisasi Pancasila tidak hanya berarti memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut, tetapi juga menjaga integritas Pancasila itu sendiri. Pancasila harus terus relevan dalam menghadapi perubahan sosial, ekonomi, dan politik, dan warga negara memiliki peran dalam memastikan bahwa Pancasila tetap menjadi fondasi yang kokoh untuk masa depan Indonesia.
Dengan demikian, internalisasi Pancasila bukanlah tugas yang sepele. Ia merupakan proses panjang yang melibatkan pendidikan, budaya, kebijakan publik, dan keterlibatan aktif seluruh masyarakat. Namun, jika berhasil dijalankan, internalisasi Pancasila akan memberikan kontribusi besar dalam menjaga stabilitas sosial, mempromosikan persatuan, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan bagi Indonesia.
Posisi Pancasila dalam era Society 5.0 merupakan sebuah tantangan dan peluang sekaligus. Era Society 5.0 adalah konsep yang merangkul transformasi digital dan teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan, internet of things, dan big data, untuk menciptakan masyarakat yang lebih terhubung dan cerdas.Â
Di tengah perkembangan seperti ini, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki beberapa aspek penting yang perlu dianalisis.Keterbukaan dan Toleransi: Pancasila, dengan prinsip-prinsipnya yang inklusif, seharusnya memandu perkembangan Society 5.0 menuju masyarakat yang terbuka dan toleran. Dalam lingkungan yang semakin terhubung dan multikultural, nilai-nilai Pancasila, seperti persatuan dan kesetaraan, sangat relevan.
 Pancasila dapat membantu mengatasi potensi ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang mungkin muncul dalam era digital ini.Perlindungan Data dan Privasi: Dalam era Society 5.0, data dan teknologi mengemuka sebagai sumber daya yang sangat berharga. Pancasila harus memandu pemerintah untuk memastikan bahwa penggunaan data dan teknologi ini adalah untuk kepentingan bersama dan tidak merugikan individu atau kelompok tertentu. Hal ini berkaitan dengan aspek keadilan dan kebebasan yang terdapat dalam Pancasila.
Partisipasi dan Demokrasi: Era Society 5.0 menawarkan potensi besar untuk meningkatkan partisipasi publik dan transparansi dalam proses pengambilan keputusan. Pancasila, dengan prinsip demokrasi yang terkandung di dalamnya, dapat memandu perkembangan teknologi untuk memastikan bahwa partisipasi publik tetap menjadi pilar utama dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi masyarakat.Demografi juga memainkan peran penting dalam konteks ini.Â
Bonus demografi, yaitu situasi di mana sebagian besar penduduk suatu negara berusia produktif, bisa menjadi kekuatan besar dalam menghadapi era Society 5.0. Indonesia memiliki populasi muda yang besar, dan ini memberikan potensi besar dalam mengadopsi dan memanfaatkan teknologi terkini.Namun, penting juga untuk memastikan bahwa bonus demografi ini dimanfaatkan dengan bijak. Pendidikan dan pelatihan yang relevan dalam teknologi harus menjadi fokus, sehingga generasi muda Indonesia siap menghadapi tantangan dan peluang dalam era digital ini.Â
Demografi yang seimbang, di mana pendapatan dan kesempatan terdistribusi dengan adil, juga harus menjadi prioritas.Dalam rangka mencapai sinergi yang positif antara Pancasila, Society 5.0, dan demografi Indonesia, perlu adanya kebijakan yang cerdas dan komprehensif yang mempromosikan inklusi, keseimbangan, serta kemajuan teknologi yang mendukung kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H