Mohon tunggu...
Moh afif Sholeh
Moh afif Sholeh Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Awalnya Dibully, Akhirnya Dipuji (Bagian 1)

30 Juli 2019   09:48 Diperbarui: 30 Juli 2019   10:49 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasan merupakan anak pertama dari pasangan Paijan dan Painem. Ia seperti kebiasaan anak sekolah yang lain belajar, bermain namun sifatnya yang sering bikin ulah diantara teman-temannya sehingga seringkali mendapat surat panggilan dari pihak sekolahan.

Ibunya sering marah-marah karena tak tahan dibully sama tetangga karena ulah anak sulungnya yang seringkali membuat ulah disekolah maupun disekitar rumahnya.

"Hasaan..., Setiap sebulan sekali
mama pasti dipanggil ke sekolah. Sebetulnya kamu ingin menjadi apa sih nak?"tanya sang ibu.

"Maaf Bu, saya memang salah, saya akan berubah."

Seiring berjalannya waktu, Hasan merenung akan masa depannya, ia sadar sebentar lagi akan lulus dari sekolah. Ia berusaha mengubah pola hidupnya dan tersadar akan perkataan gurunya yang pernah menasehati dirinya.

"Hasan, saat ini banyak orang yang menilai tentang dirimu, terutama kelakuan burukmu itu. Berubahlah Nak."

"Langkah pertama yang harus saya lakukan apa pak?"

"Pertama, Kamu harus mempunyai komitmen untuk berubah. Kedua, tulislah segala kesalahanmu menjadi sebuah karya baik berupa cerpen atau puisi, karena itu akan selalu menginspirasi dirimu. Ketiga, Menulislah! karena dengan menulis nama kamu, orang tuamu akan menjadi baik, serta itu sebagai bukti bahwa dirimu mampu merubah. Sadarlah bahwa dirimu bukan siapa-siapa, bukan anak pejabat apalagi anak konglomerat."

"Siap pak, saya akan mencobanya." jawabnya dengan tulus.

Setelah beberapa hari, ia mulai berubah, kebiasaan buruknya  diganti dengan menulis dan menulis bahkan kadang ia lupa makan.

Seiring berjalannya waktu, karya demi karya sudah dipublikasikan. Orangtuanya yang awalnya selalu memarahinya kini terdiam seribu bahasa karena anaknya sudah berubah secara drastis. Bahkan yang mengejutkan, Ibunya mendapatkan surat dari penerbit yang berisi agar anaknya datang ke kantor penerbit guna menandatangani kontrak penerbitan karyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun