Mohon tunggu...
Moh afif Sholeh
Moh afif Sholeh Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tergiur Gaji Tetap

3 Juli 2017   22:25 Diperbarui: 3 Juli 2017   23:00 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desakan ekonomi membuat orang lupa akan kanan kirinya. Berbagai hal dilakukan untuk membuat dapur masih mengepul asapnya, sehingga banyak orang tergiur akan gaji tetap yang selalu didambakan. Mereka rela berkorban untuk mendapatkannya, walau ratusan juta sebagai modalnya. Jujun seorang anak kampung yang berkeinginan untuk merantau ke Jakarta demi mengais rupiah sebagai kuli bangunan.

"Mak, saya pamit dulu hendak ke Jakarta untuk mengadu nasib di sana, mohon doa restunya."Ia sambil bersalaman.

"Iya, Emak doain semoga dilancarkan dan dimudahkan semuanya".

"Amin."Ia mengamini ibunya.

Jujun berangkat dengan temannya yang sudah lama di sana. Ia teringat petuah gurunya yang menasehati dirinya.

"Kalau kamu kerja nanti, tidak usah mengaharapkan gaji tetap, tapi mending tetap bergaji."tutur gurunya.

"Maksudnya apa guru?"ia bertanya.

"Kalau gaji tetap maksudnya gaji kamu tidak bertambah, segitu saja dan tetap di satu pekerjaan itu, berbeda dengan tetap begaji, kamu kerja atau tidak, masih ada pemasukan tiap hari atau bulannya, serta kreatif dalam mencari pemasukan yang lain." tutur sang guru.

Dengan petuah yang masih terngiang dipikiran, ia mencari terobosan sembari kerja bangunan, dan mengembangkan bakat lain, sehingga mendaptkan tambahan gaji. Beberapa tahun kemudian, ia menjadi bos rongsok barang bekas yang omsetnya milyaran rupiah.

Setelah ditelusuri, ternyata kesuksesannya dari sebuah motto gurunya yang berbunyi: tetap bergaji lebih baik daripada gaji tetap, hal ini menjadi hidupnya luar biasa dibanding teman temannya.

Depok, 3 Juli 2017, 22.19 WIB

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun