“Mbak mbak di Swalayan sana, ada diskon besar besaran, pakaian saja Cuma 15.000 dari harga 150.000.” Kiki berkata kepada kepada Juwita tetangganya.
“Hah, serius tidak?” Juwita bertanya dengan penasaran.
“Serius Ju, ini buktinya barang belanjaanku sama bukti pembayarannya.”jelas si Kiki.
Obrolan diatas sebagai gambaran umum kecendrungan masyarakat akan hal hal yang dirasa murah, mereka langsung tergiur untuk mendapatkan barang itu, khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri, kemudian Juwita langsung segera meluncur kesana, karena khawatir kehabisan stok.
Setelah sampai disana Juwita melihat pemandangan yang membikin kepala pusing, antrian sesak pengunjung yang memadati Swalayan itu sampai ke jalan, sehingga terjadi kemacetan yang panjang sekali. Suara klakson motor maupun mobil saling sahut menyahut, ditambah teriakan orang yang desak desakan rebutan diskon di sana.
Juwita merasa kepalanya pusing melihat kerumunan pengunjung, serta kebisingan suara sekitar Swalayan, akhirnya ia memutuskan untuk pulang dengan jalan kaki, karena angkot terhenti semua akibat kemacetan di sana.
Sesampainya di rumah ia ketemu Kiki yang sedang duduk di teras.
“Ju, bukannya kamu dari Swalayan kan?”Tanya Kiki.
“iya, tapi tidak jadi kesana?tuturnya sambil cemberut mukanya.
“Emang kenapa?”Kiki bertanya kembali kepadanya.
“Setelah sampai disana kerumunan pengunjung membludak sampai kejalan, lalu lintas macet total, akhirnya aku putuskan untuk pulang saja, karena kepalaku terasa pusing sekali.”tutur si Juwita.
Suami Kiki yang sedang nonton TV kaget karena melihat berita di Swalayan yang didatangi istrinya tadi pagi suasananya mencekam karena banyak orang yang meninggal gara gara saling dorong mendorong rebutan barang diskon, korbanya terinjak injak sampai meninggal, hal ini yang menyebabkan lalu lintas macet total. Suaminya memanggil Kiki tentang berita ini, kemudian Kiki langsung ke rumah Juwita untuk menceritakan berita banyaknya pengunjuk Swalayan yang barusan akan di datangi oleh Juwita.
“Innaliliahi, ternyata waktu kesana ada kejadian seperti ini rupanya.” Keluh kesah Juwita.
“Alhamdullih Ju, kamu tidak jadi kesana, seumpama kamu memaksa masuk kesana, entah apa jadinya.” Kiki berkomentar.
“Iya Ki, seumpama tadi aku memaksa diri kesana, mungkin sudah tidak bisa ketemu kamu lagi.” Tutur Juju sambil keheranan.
Juwita sangat bersyukur terhindar dari kejadian mematikan di sana, ia mengambil hikmahnya serta tak tergiur akan diskon yang menyebabkan hilangnya nyawa kita.
Lorong Senyap, 10 Juni 2017, 09.30 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H