oleh: Moh Afif Sholeh
Zaman dahulu dikenal banyak petualang ulung yang selalu mencari hal baru, serta mengisi hidupnya penuh cerita, dengan semangat yang seperti baja mengalahkan gulungan ombak raksasa, serta mengarungi julangan gunung yang tinggi. Ada seorang pengelana dari seberang lautan yang ingin mencari seorang guru penuntun hidupnya, mengarahkan ke jalan kebenaran.
Suatu ketika ia menyusuri sebuah perkampungan yang padat penduduknya, ia menemui banyak hal yang belum ia ketahui, sampai ia melihat pertunjukan debus, terlena dalam lamunan keinginannya bisa mengikuti orang yang ahli debus, setelah selesai pertunjukan itu, ia langsung menemui salah satu dari anggota pertunjukkan itu, lalu ia mulai berkenalan:" pak, untuk belajar seperti butuh waktu berapa lama?"tanya sang pengelana.
salah satu dari anggota menjawab:" iya kurang lebih tiga bulanan, emangny kamu ingin mempelajari ilmu debus?"tanya salah satu anggota.
"iya, ingin sekali". Jawab sang pengelana.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti salah satu anggota untuk belajar ilmu itu. Setelah beberapa bulan ia sudah mampu mempraktekkan ilmu itu, ia merasa masih ada keraguan dalam hatinya, apa ini yang saya cari?tak begitu lama ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk mencari sesosok sang guru yang ia idamkan, sampai di pasar pagi, daerah ini sering dipenuhi oleh banyak orang, ternyata setelah ditelusuri daerah ini terkenal pengobatan jantung, dicarilah seorang tabib handal, lalu ia menemui tabib tadi untuk dijadikan muridnya. Tabib berkata:" apa kamu siap menjadi muridku, padahal syaratnya berat."
Sang pengelana menjawab:" saya siap melakukan syarat itu."jawabnya.
Tabib berkata:"syaratnya kau harus puasa 40 hari dan ketika berbuka tidak boleh mengandung unsur yang bernyawa". tuturnya.
Sang pengelana menjawab:" siap besok saya akan memulainya". jawaban yang sangat tegas.
Setelah beberapa hari menjalani puasa ia selalu bermimpi yang aneh, seram, sampai terbangun dari tidur karena mimpinya menakutkan. Ia merasa takut kemudian ia putuskan untuk mengakhiri ritual ini. Perlahan tapi pasti ia melanjutkan perjalannya ke seberang pulau yang sejuk pemandangannya. Di sana ia bertemu dengan sesosok kakek tua yang lagi besemedi di sebuah gubug. Lalu ia berkata:” selamat pagi kek..” ia keheran karena tidak di hiraukan oleh sang kakek. Beberapa kali ia ulangi, baru terdengar suara kakek tua tadi.
Iya, selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” Tanya sang kakek.
Sang pengelana bertanya:” kakek lagi ngapain?”
Sang kakek menjawab:” tadi saya lagi ngobrol sama anak istri saya.” Tuturya.
Keheranan luar biasa yang dirasakan sang pengelana, lalu ia bertanya:” mana anak dan istrinya?” Tanya sang pengelana.
Kakek menjawab:” kamu tidak usah heran, anak istriku dari bangsa jin.
Sang pengelana terkejut dan kebingungan, sambil berfikir sejenak…ada apa ini, kok sang kakek punya istri dan dari bangsa jin?
Sang pengelana berkata: “maukah kakek mengajariku ke alam jin?” ia bertanya.
Kakek menjawab:” kamu tidak pantas, karena ilmumu masih belum mecukupi,” tutur sang kakek.
Dengan kengototan dan kuatnya pendirian serta tidak mau mendengarkan kata sang kakek, Akhirnya sang pengelana memaksa kakek untuk memberikan ilmu. Lalu sang kakek dengan terpaksa memberikan ilmu itu, dan melakukan apa yang di sarankan sang kakek, setelah beberapa hari, tiba tiba sang pengelana menghilang dan masuk ke alam jin, dan tidak nasibnya sampai sekarang.
Lorong Senyap, 10 Mei 2017, 11.14 Wib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H