Mohon tunggu...
Mohamad Aby Gael
Mohamad Aby Gael Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Antropologi, Universitas Airlangga

Menulis untuk meredam kegelisahan yang sering datang tanpa diundang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sesederhana Ini

28 November 2020   11:40 Diperbarui: 28 November 2020   11:50 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda itu sedang merenung
Memikirkan sang ayah yang selalu lembur
Setibanya di bilik kamar yang hampir ambruk
Mereka berbahagia dengan canda tawa
Sebuah lawakan khas orang pinggiran
Tentang tukang ketoprak hingga pengrajin tenun.

Diselingi menyeruput secangkir kopi
Kepala sang pemuda dipenuhi kata tentang sastra
Diskusi tak terelakkan
Menuju gema subuh dan bedug dipukul
Ada yang indah dan mempesona
Memahami arti hidup dari bahasa
Mereka sebut itu bahasa orang miskin
Yang merekapun kewalahan, pontang panting mencari kamusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun