Mohon tunggu...
Mohammad Husaeni
Mohammad Husaeni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pembelajar sepanjang hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karakter. Nilai Yang Terlupakan.

28 Desember 2011   03:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:40 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebatang Paku dan Kejatuhan Negara

Sebuah paku yang lepas dari sepatu kuda bisa menyebabkan sang kuda tidak kencang larinya,

Jika sang kuda tidak kencang larinya, maka ia tidak bisa mengejar lawan,

Jika sang kuda tidak bisa mengejar, maka ia akan menjadi korban dari kejaran musuh,

Jika sang kuda sudah jatuh, maka peperangan dimenangkan oleh pihak lawan.

Jika peperangan sudah kalah, maka pasukan pun ditarik mundur.

Jika pasukan sudah mundur, maka kekuasaan jatuh ke tangan musuh.

Jika kekuasaan sudah diambil alih, maka Negara akan dikuasai oleh lawan.

Cerita diatas adalah penutup dari rangkaian kegiatan pelatihan Character Building yang dilakukan selama dua hari di Wisma Arga Mulya Puncak. Pak Eri Sudewo, sang arsitek karakter building, memberikan analogi tentang karakter sebagai sebuah esensi harta yang tak terhingga nilainya namun selama ini sering diabaikan. Banyak orang begitu semangat untuk mengejar kompetensi meski harus mengorbankan waktu, energi dan biaya yang besar. Namun kita seolah lupa dan enggan meluangkan kesempatan untuk memahami tentang karakter yang sebetulnya merupakan fondasi dari bangunan jiwa seseorang. Sungguh merupakan sebuah ironi sekaligus disorientasi yang meliputi sebagian besar penghuni jagat kehidupan yang dikatakan “modern” ini.

Sebuah kesempatan emas bagi peserta bisa meneguk hikmah yang diperas dari usia perjalanan dan pengalaman yang jauh melampaui usia dan pengalaman rata-rata yang dimiliki. Begitu banyak nilai-nilai yang merupakan “saripati” dari perjalanan kisah hidup beliau yang lekat dengan keteladanan dibagikan ke peserta. Saya teringat sebuah pepatah yang mengatakan; “Pengalaman adalah guru yang terbaik”.  Penulis mengartikan pengalaman yang dimaksud tentu tidak harus dari pengalaman yang dialami sendiri, tetapi belajar bisa juga diambil dari pengalaman yang dimiliki oleh orang lain. Dengan cara ini maka kita bisa menghemat waktu sekaligus akselerasi pengetahuan (knowledge).

Karakter diartikan sebagai sekumpulan sifat baik yang menjadi perilaku sehari-hari. Sesederhana itukah? Jelas tidak. Sifat baik yang belum menjadi perilaku maka masih disebut sebagai nilai. Ketika nilai sudah dijewantahkan dalam perilaku barulah dikatakan sebagai karakter.

Seperti yang kita ketahui, manusia terdiri dari dua unsur; jiwa (ruh) dan jasad (fisik). Jiwa/ruh merupakan cermin dari wujud jasad (fisik) sesorang. Jika jiwa baik maka fisik pun akan terlihat baik. Begitu sebaliknya. Sedangkan karakter merupakan akar atau fondasi dari bangunan jiwa seseorang. Bisa dibayangkan bagaimana maha pentingnya kedudukan karakter tersebut.

Karakter dibagi menjadi dua; karakter dasar dan karakter pilihan. Sifat baik jumlahnya tidak terbatas sehingga kita harus menentukan mana yang pokok dan yang pilihan. Karakter dasar harus dimiliki oleh setiap orang tanpa memandang status, kedudukan ataupun jabatan. Karakter dasar terdiri dari 3 bagian; tidak egois, jujur dan disiplin. Sedangkan karakter pilihan bisa diupayakan dan dilatih sesuai dengan tingkat kebutuhan dengan memperhatikan skala prioritas.

Sebagaimana yang diucapkan Pak Eri, untuk menjadi orang baik tidak bisa sendiri. Ia harus juga di topang oleh orang-orang baik yang ada di sekitar. Fungsinya adalah sebagai sistem kontrol dan penguat komitmen. Jadilah kita baik karena ada dukungan lingkungan.

Akhirnya, semoga pelatihan yang sudah dijalani menjadi bekal yang bermanfaat dan tonggak (milestone) untuk kita terus berupaya memperbaiki diri. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil dan mulai saat ini.

Menutup tulisan ini saya teringat sabda Nabi yang mengatakan, "Orang baik bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah, melainkan orang yang baik adalah apabila ia berbuat kesalahan ia segera memperbaiki kesalahannya"

Salam Karakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun