Era kertas tentu saja belum sepenuhnya ditinggalkan. Kertas masih memiliki peran penting menunjang aktifitas peradaban. Tak cuma urusan dokumen, buku bacaan pun begitu, masih ada banyak sekali orang yang lebih memilih buku fisik ketimbang ebook. Mungkin kelak akan datang suatu masa manusia tak butuh kertas, tapi saya pikir ini masih cukup lama, kita masih dalam tahap fase peralihan menuju era itu.
Sebagian memang sudah mulai beralih pada internet, membaca berita, belajar, aktifitas bekerja, mengirim lamaran dan lain sebagainya, tapi kertas belum sepenuhnya ditinggalkan.Â
Saya melihat bahkan banyak sekali para orang tua mengeluh terkait belajar daring anak mereka akibat pandemi. Ini membuktikan bahwa kita memang belum benar-benar siap. Belajar daring pada kenyataannya tak semudah seperti ketika para orang tua ber'Haha-hihi' narsis di jejaring sosial media. Kita butuh waktu beradaptasi.
Kita mungkin tak tahu, bahwa di Indonesia ada banyak pejuang literasi. Saya punya beberapa teman yang membuat usaha warung kopi atau Kafe yang juga menghadirkan buku-buku bacaan.
 Ada yang menggunakan angkot, motor, perahu bahkan sampai pedati dan kuda. Taman-taman baca masyarakat dibanyak pelosok daerah masih giat berjuang dengan pelbagai cara, membuka cakrawala pengetahuan anak bangsa.Â
Jika anda tak percaya, silahkan kunjungi group pustaka bergerak dikomandani kawan saya, Nirwan Arsuka. Buku atau media cetak masih merupakan media penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Kita hanya perlu bersiap, beradaptasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H