Mohon tunggu...
Moh Rudi
Moh Rudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kecurangan Pandawa

25 Januari 2021   19:21 Diperbarui: 25 Januari 2021   23:10 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by hindugodwalpaper

Ironisnya, pembunuhan dilakukan Sri Kresna dan Arjuna itu, justru terjadi ketika Ekalaya dalam perjalanan ke Hastina, berniat hendak meminta maaf dan menjelaskan latar belakang terbunuhnya Arjuna pada pihak Hastina, kerajaan Pandawa.

Kecurangan kedua pihak Pandawa adalah apa yang terjadi pada Adipati Karna. Selain Ekalaya, yang mampu membunuh Arjuna adalah Adipati Karna. Trik dilakukan pada Karna bukan cuma terjadi ketika pecah perang Bharatayuda, melainkan sudah terjadi jauh sebelum itu. Karna adalah putera tertua dewi Kunti, saudara paling tua para Pandawa, ia adalah putera Bhatara Surya yang lahir dari telinga, itu sebabnya ia diberi nama Karna. Akibat merasa malu memiliki anak diluar perkawinan, Karna yang masih bayi dihanyutkan ke sungai lalu ditemukan dan dirawat keluarga seorang kusir kuda Kurawa.

Sejak bayi, Karna sudah dibekali sebuah baju perang sakti yang menempel dalam tubuhnya dan tak bisa ditembus senjata apa pun. Baju Tamsir itu diberikan oleh ayahnya, dewa surya. Tak ada yang bisa melepas baju itu bahkan para dewa. Baju Tamsir ini hanya bisa lepas atas keinginan Karna sendiri. Dengan tipu daya, baju perang ini bisa diambil oleh seorang dewa, tetapi Karna meminta ganti sebuah senjata sakti, yaitu Konta. Senjata sakti satu ini mampu membunuh siapa pun, bahkan termasuk para dewa, tetapi kelemahan senjata ini adalah ia hanya bisa digunakan satu kali saja. Ketika pecah perang Bharatayudha, senjata maut ini dipersiapkan oleh Adipati Karna untuk membunuh Arjuna.

Senjata konta mematikan itu lah yang paling dikhawatirkan penasihat perang Pandawa, Sri Kresna. Ia sendiri belum tentu mampu menghadapi senjata sakti satu itu. Disini lah politik tingkat tinggi dimainkan, karena tak ada yang bisa melawan senjata itu, artinya mesti ada yang dikorbankan. Senjata konta bisa membunuh siapa pun, tapi kelemahannya ia hanya bisa digunakan satu kali. Arjuna adalah ksatria paling penting dan amat dibutuhkan dalam Bharatayudha, tetapi senjata Konta justru diniatkan Adipati Karna untuk membunuh Arjuna, ini akan berakibat kekalahan Pandawa. Ada beberapa orang mengajukan diri sebagai tumbal, tetapi Sri Kresna kemudian memilih Gatot kaca, putera Bima.

Dalam perang Bharatayudha, Adipati Karna terus menerus mencari dan menantang Arjuna, tetapi ia disembunyikan dan dilarang Sri Kresna untuk tampil di medan laga. Jika tampil tentu saja ia akan mati. Gatot Kaca yang memang sudah dipersiapkan lah yang justru muncul menghadapi Adipati Karna. Gatot Kaca terus menerus memprovokasi Karna untuk mengeluarkan senjata Konta. Karna yang kehabisan kesabaran akhirnya mengeluarkan senjata mematikan itu, akibatnya Gatot Kaca pun gugur sebagai tumbal menyelamatkan nyawa Arjuna.

Bharatayudha adalah sebuah perang yang tak cuma terjadi antara Pandawa dan Kurawa, perang ini melibatkan negara-negara lain yang bersekutu dengan masing-masing pihak. Perseteruan sesungguhnya pun tak berhenti dengan berakhirnya Bharatayudha. Pandawa yang memenangkan perang satu persatu gugur di gunung mahameru. Kebencian dan dendam beranak pinak sampai pada keturunan dua belah pihak. Ini dapat kita simak pada lakon pewayangan pasca jaman Pandawa Kurawa.


Para keturunan Pandawa rupanya membuat semacam taman diorama berisi adegan perang Bharatayudha. Diorama itu menampilkan  adegan-adegan penuh kekerasan, bahkan menampilkan bagaimana para Kurawa terbunuh. Ini pernah membuat seorang satria keturunan raja yang dulu mendukung Kurawa, mengamuk. Ksatria itu pada awalnya mengabdi pada keturunan Pandawa. Ia marah begitu melihat patung ayahnya mati mengenaskan dan digambarkan secara keji pada diorama taman tersebut.

Lucunya, keturunan Pandawa yang kewalahan menghadapi ksatria sakti murid seorang resi yang mampu menggiring seluruh binatang ke Kotaraja itu, malah minta bantuan pada arwah Arjuna. Perkelahian kemudian terjadi bukan lagi antar keturunan Pandawa dan Kurawa, melainkan antara arwah Arjuna vs resi guru ksatria tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun