Mohon tunggu...
Moh Rudi
Moh Rudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pramoedya Ananta Toer, Secuil Ingatan

11 Januari 2021   14:16 Diperbarui: 11 Januari 2021   14:37 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penggemar karya Pram cukup banyak yang ekstrem, ekstrim disini dalam pengertian mengoleksi karya-karyanya. Mereka tak cuma mengoleksi semua karya Pram yang pernah terbit di Indonesia, melainkan bisa memburu semua karya Pram yang diterbitkan dalam berbagai bahasa. 

Untuk karya yang pernah terbit di Indonesia sendiri, mereka seringkali memiliki berbagai edisi cetak ulangnya. Memiliki karya Pram cetakan lama pun menjadi semacam kebanggaan tersendiri.

Harga buku-buku Pram cetakan lama biasanya dibanderol pedagang cukup mahal, untuk cetakan pertama bisa dihargai 300.000 hingga 2 jutaan Rupiah, ini belum lagi jika buku tersebut dilengkapi tanda tangan dari sang sastrawan. Terakhir sekali saya mendapat ratusan majalah Siasat tahun 1950 an, dari majalah ini saya menemukan 10 esai Pram. 

Majalah memuat esai tersebut saya pisahkan dan di lelang disebuah media sosial. Lelang ini tembus lebih 1,7 juta dan dimenangkan oleh kawan sesama pedagang. 

Belasan majalah buluk itu kemudian oleh  kawan pemenang lelang dijual kembali pada teman pedagang lain seharga  2,8 juta.  Saya tidak tahu berapa pedagang terakhir tadi menjualnya pada kolektor.

Mahalnya buku sastra lawas tak cuma di dominasi Pram, tapi juga bisa karya-karya sastrawan lain seperti misalnya Utuy Tatang Sontani, Hamka, Iwan Simatupang dll, meski memang yang paling menonjol tetap  adalah Pram. Penggemar karya Pram pun tak cuma di Indonesia, tapi juga banyak di negeri lain terutama negeri Jiran Malaysia. 

Saya pernah mendapat hibah setumpuk buku lawas karya Pram dari kolektor karya Pram disana. Buku Pram terbitan Malaysia itu dikirim untuk keperluan lelang amal gempa Palu-Donggala, hasilnya seratus persen untuk para korban gempa yang saya kirim langsung pada teman di Donggala, sebagian dalam bentuk sembako dan keperluan lain lewat jalur pemerintah.

Saya beruntung, sempat melihat sosok sastrawan besar Indonesia itu dua kali, yang pertama adalah ketika peringatan ulang tahunnya di TIM, diatas podium Pram yang sudah sepuh masih terlihat gagah, meledak-ledak dan lantang berbicara. 

Pertemuan kedua masih di TIM, ini bertepatan penerbitan ulang semua karya Pram seri perempuan antara lain gadis pantai, larasati, midah si manis bergigi emas, panggil aku kartini saja dan Sekali peristiwa di Banten selatan. 

Ketika orang lain berebut minta ditanda tangani bukunya, saya saat itu juga ikutan, hanya giliran memegang buku saya dia bingung lalu berkata "Apa ini?" Buku saya dikembalikan, Pram tak mau menanda tangani buku itu karena memang jika orang lain menyodorkan buku karyanya, saya saat itu malah menyodorkan buku agenda berukuran besar, hehe..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun