Mohon tunggu...
Moh Badar Risqullah
Moh Badar Risqullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencari Fakta Dunia. Wkwkwk

Tak punya jam tetap. #You'llNeverWalkAlone

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mi Ayam Pak Doel, Mi Legendaris Sejak 1997

14 Maret 2019   18:15 Diperbarui: 14 Maret 2019   18:18 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita from Zero to Hero dari Sebuah Gerobak
Cerita from zero to hero itu datang dari sebuah gerobak mi ayam milik Sutino. Berkat rasanya yang konsisten, Sutino berhasil membawa Mi Ayam Pak Doel berkembang pesat. Seperti apa perjalanan kuliner legendaris ini?  

Moh Badar Risqullah

Warung Mi Ayam Pak Doel di Jalan Dewandaru, Kota Malang, ini nyaris tidak pernah sepi dari lalu lalang pembeli. Pada siang pekan lalu, pembeli silih berganti keluar masuk warung, lalu menyeruput kuah Mi Ayam Pak Doel yang terkenal maknyus.

Kuahnya sedikit pekat, tanda penuh dengan rempah-rempah. Mi Ayam ini memang dikelola oleh orang yang sangat berpengalaman. Namanya adalah Sutino, yang sudah berkecimpung di urusan mi ayam sejak 1997. Pria asli Wonogiri ini bercerita, dia berjualan selama sembilan tahun, yakni sejak 1997, di Bali.

Saat itu, dirinya kebetulan diajak oleh temannya, Sugiyono, untuk mencari keberuntungan di daerah yang punya julukan Pulau Seribu Pura itu. Sekitar 2006, dia diajak temannya pindah berjualan di Kota Malang. "Sebenarnya sih di sana sudah enak. Tapi karena terlalu jauh, jadi akhirnya saya putuskan pindah ke Malang," ucap Sutino, pekan lalu.

Di tahun yang sama itu pulalah, dia mencoba keberuntungan dan memulai bisnis mi ayamnya tersebut dengan berjualan keliling menggunakan sebuah gerobak. Awal mulanya dia berjualan di Jalan Gajayana sejak tahun 2006. Mulai pukul 11.00 siang hingga 19.00, hal itu dia lakukan setiap hari. "Kesibukan dulu seperti itu, karena masak sendiri dan setiap pagi mengantar istri ke pasar, jadi agak siang jualannya," ucapnya.

Di sisi lain, Wahyuni, istrinya, juga membantu perekonomian keluarganya. Istrinya itu berjualan jamu di samping tempat dia mangkal berjualan mi ayam. "Kalau istri saya nggak jualan mi. Dia jualan jamu. Jadi, kita barengan jualannya," imbuhnya.  

6-kuliner-mie-pak-doel-barok-2-jpg-5c8a34813ba7f73d913cd423.jpg
6-kuliner-mie-pak-doel-barok-2-jpg-5c8a34813ba7f73d913cd423.jpg
Setelah sekian lama berjualan keliling, baru pada tahun 2009 dia ditawari pelanggannya untuk berjualan tetap. Bak gayung bersambut, dia mengiyakan permintaan pelanggannya tersebut. Di depan ruko yang berada di Jalan Semanggi, dia pun memulai bisnis mi ayamnya dengan berjualan tetap. "Alhamdulillah, karena di sana merupakan kompleksnya mahasiswa, jadi lumayan banyak yang beli," ucap bapak satu anak tersebut.

Selama lima tahun berjualan tetap itu, dirinya juga tidak lupa menyisihkan sedikit penghasilannya untuk ditabung. Baru pada tahun 2012, dia mencoba memberanikan diri. Dengan bermodalkan Rp 500 juta (Rp 300 juta miliknya dan Rp 200 juta dari KPR BRI), dia mengontrak rumah yang juga digunakan olehnya untuk membuka tempat usaha mi ayam baru. "Saat itu saya cuma bermodalkan nekat. Insya Allah beruntung," ujarnya dengan nada semangat.

Sekali lagi, keberuntungan pun menghampirinya. Meski sudah memiliki dua tempat, pelanggannya ternyata semakin banyak. Sehingga, dua tempatnya pun seakan tidak pernah sepi dengan pelanggan yang setiap hari mengunjunginya. "Pelanggannya tambah banyak dan saya bersyukur bisa menyenangkan pelanggan," tuturnya.

Dengan animo pelanggan yang semakin banyak itu pun, dia kembali membuka cabang mi ayamnya yang ketiga pada tahun 2017 di Jl. Candi Panggung Kav 66 HI. Dengan begitu, saat ini dirinya memiliki 3 tempat usaha mi ayam dengan mempekerjakan 20 karyawan.

Di sisi lain, dia juga menceritakan asal muasal nama Mi Ayam Pak Doel. Dalam penjelasannya, dia menceritakan, pengambilan nama tersebut terinspirasi dari panggilan akrab orang Solo yang sering menyebut orang lain dengan sebutan Doel. Kalau di Malang, panggilan itu sama seperti panggilan Sam atau Mas.

"Maka dari itulah, tak pakai nama itu sebagai nama usahaku. Di samping ada ciri khas orang Solo, juga agar mudah dikenal orang," pungkasnya.

dok. pribadi
dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun