Mohon tunggu...
moh ululamri
moh ululamri Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh dan Dampak Media Sosial bagi Kaum Milenial

5 Juni 2021   17:37 Diperbarui: 5 Juni 2021   17:43 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

ESSAY

 "Pengaruh & Dampak Media Sosial Bagi Generasi Milenial"

Essay Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Naili Rofiqoh, S.Psi., M.Si

Disusun oleh :

 

Moh. Ulul Amri (191310004261)

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

 

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

 

TAHUN AJARAN 2020/2021

 

PENDAHULUAN

 

Media sosial sepertinya sudah menjadi kecanduan bagi masyarakat indonesia, khususnya para remaja. Remaja masa kini identik dengan smartphone di tangan mereka selama hampir 24 jam. Media sosial yang paling sering digunakan oleh remaja adalah facebook, twitter, path, youtube, instagram, line dan bbm. Media sosial memiliki kelebihan dan kepentingan tersendiri bagi penggunanya. Media sosial memberikan banyak kemudahan yang membuat remaja merasa betah ketika menggunakannya dalam waktu yang lama. Krish garrett percaya bahwa media sosial adalah alat, layanan, dan alat komunikasi yang mempromosikan hubungan antara orang-orang yang memiliki banyak penggemar, termasuk remaja, bahkan anak di bawah umur yang sudah memiliki akun media sosial pribadi. Munculnya berbagai media sosial memberikan dampak langsung, baik positif maupun negatif.

Perkembangan media sosial sangat pesat, karena setiap orang dapat memiliki media sendiri. Jika media tradisional seperti koran, televisi atau radio membutuhkan banyak modal dan tenaga, maka media sosial sangat berbeda. Pengguna media sosial dapat menggunakan jaringan internet untuk mengakses dengan mudah dengan biaya lebih rendah dan melakukannya sendiri dengan mudah.

Media sosial menghilangkan batasan sosial. Di media sosial, tidak ada batasan ruang dan waktu, dan mereka dapat berkomunikasi kapan saja dan di mana saja. Tidak dapat disangkal bahwa media sosial memiliki dampak yang besar bagi kehidupan seseorang. Orang yang sangat kecil bisa menjadi besar melalui media sosial, dan sebaliknya. Bagi masyarakat indonesia khususnya remaja, media sosial seolah sudah menjadi kecanduan, tiada satu hari pun tanpa menyalakan media sosial, bahkan hampir 24 jam tanpa smartphone. Media sosial terbesar yang paling sering digunakan oleh remaja antara lain: facebook, twitter, path, youtube, instagram, kaskus, line, whatsapp, blackberry messenger. Masing-masing media sosial tersebut memiliki keunggulan tersendiri dalam menarik banyak pengguna media sosial yang dimilikinya. Media sosial memang memberikan banyak kemudahan, membuat para remaja betah berlama-lama berselancar di dunia maya.

Isi

Pengguna media sosial di kalangan remaja memiliki pengaruh langsung baik positif maupun negatif. Remaja yang rutin menggunakan media sosial dapat mengganggu proses belajarnya. Misalnya saat mereka sedang belajar, notifikasi chat dari teman dapat mengganggu proses belajar mereka. Kebiasaan remaja mentweet di media sosial terkadang hanya mengeluhkan betapa sulitnya mata kuliah yang mereka pelajari. (Sumber)

 Menurut dokter seorang ahli kedokteran jiwa, agung frijanto, panduan gangguan jiwa pada amerika serikat sudah menyertakan internet, termasuk media umum, menjadi hal yg berpotensi mengakibatkan adiksi atau kecanduan. "apa gejalanya? Mirip misalnya adiksi narkoba. Lantaran yg disasar itu jua sistem pada otak," istilah agung pada gedung kementerian kesehatan republik indonesia, jakarta, ditulis rabu .

Ini telah mampu kita lihat bahwa penggunaan medsos pada kalangan remaja merupakan hal yg telah nir mampu terlepaskan pada kehidupan sehari hari, & nir menutup kemungkinan mampu menyebablan candu/ kecanduan, mampu kita lihat kutipan menurut dokter agung yg menyampaikan bahwa medsos ini misalnya narkoba. Dalam temu media terkait hari kesehatan jiwa sedunia 2019 dalam senin lalu, agung menyampaikan bahwa waktu seorang kecanduan media umum atau internet, beliau mengalami perkara yg sama menggunakan adiksi narkoba & pornografi.

 Agung mengungkapkan bahwa tanda-tanda kecanduan internet terlihat saat kualitas hayati seorang terganggu. Sehingga, baik pengajar, orangtua, & warga diminta buat lebih mengenali hal ini. "(contohnya) bolos sekolah, lalu perilakunya menentang pengajar & orangtua. Jadi hari-harinya dipenuhi buat memenuhi cita-cita ketergantungannya itu," ujar agung yg menjabat menjadi sekretaris perhimpunan dokter spesialis kedokteran jiwa itu. "jika dihentikan, beliau sanggup teriak-teriak, gelisah, lantaran withdrawal atau jika pada bahasa narkoba sakaw atau tanda-tanda putus zat, tanda-tanda putus terhadap gambaran media umum itu," jelasnya. Agung sendiri menyatakan bahwa ketika ini, perkara kejiwaan terkait media umum telah sebagai prioritas menurut acara kesehatan jiwa, khususnya bagi kaum muda. (Sumber)

Media sosial seakan telah sebagai galat satu kebutuhan primer kini ini, terutama buat anak muda. Mereka seakan hayati pada global maya menggunakan media sosialnya tanpa mempedulikan lingkungannya, loka berinteraksi sosial yg sebenarnya. Bahkan tidak sedikit orang yg sebagai kecanduan media umum. Walaupun tentunya terdapat jua poly manfaat & laba memakai media umum, tetapi permanen wajib memikirkan kehidupan sosial yg sebenarnya, yakni global nyata. Tidak sporadis poly remaja & anak-anak memanfaatkan media umum ini menggunakan bagaimana semestinya.

 Mengutip hapage medical daily, kecanduan media umum sendiri mampu diparalelkan menggunakan kecanduan narkoba lantaran keserupaannya: ketergantungan terhadap sebuah bonanza tertentu, begitu parah sampai kita merasa 'sakit' apabila tidak mendapatkannya. Para psikolog sudah mencatat bagaimana like, komentar, atau follower baru pada akun jejaring sosial mampu memicu riliskan hormon dopamin, seperti saat kita mengonsumsi opioid. Dengan istilah lain, notifikasi pada smartphone kita secara tidak disadari menciptakan kita bahagia lantaran otak merespons seakan kita menerima hadiah.

 Profesor psikologi pada universitas stanford menyebut bahwa insan merupakan "fauna sosial" sebagai akibatnya hubungan merupakan hal primer bagi kehidupan insan. Oleh lantaran itu, jalur otak yg diaktifkan media umum memang sama menggunakan narkoba misalnya kokain. Tetapi perlu diketahui bahwa hal tadi cenderung berguna bila pengenalan disikapi menggunakan positif. Meski demikian, mungkin menyamakan antara kecanduan media umum menggunakan kecanduan narkoba terasa hiperbola meskipun mempunyai jalur yg sama.

 Tetapi perlu disadari, bahwa kecanduan media umum wajib disikapi lebih bila terdapat perubahan negatif pada perilaku, & secara konsisten mengganggu aktivitas yg nir produktif. Sumber: merdeka.com lantaran kemudahan & kecanggihan smartphone yg mampu dibawa kemana-mana, tentu hal ini mampu memancing engkau buat terpikat monoton memakai media umum.

 Apabila tidak menyangsikan hal ini, tentu akan berdampak tidak baik bagi diri engkau menggunakan orang sekitar. Dari aneka macam perkara atau konflik diatas mampu kita lihat bahwa impak media social ini sangatlah majemuk mulai berdasarkan media social bisa mempengaruhi kalangan remaja yg sebagai hiperaktif pada media umum ini pula tak jarang kali memposting aktivitas sehari-hari mereka yg seakan mendeskripsikan gaya hayati mereka yg mencoba mengikuti perkembangan zaman, sebagai akibatnya mereka dipercaya lebih terkenal pada lingkungannya.

 tetapi apa yg mereka posting pada media umum tidak selalu mendeskripsikan keadaan social life mereka yg sebenarnya. Ketika para remaja tadi memposting sisi hayati nya yg penuh kesenangan, tidak sporadis kenyataannya pada hidupnya mereka merasa kesepian. Manusia menjadi aktor yg kreatif bisa membangun aneka macam hal, galat satunya merupakan ruang hubungan global maya[1]

 

Penutup 

Remaja adalah masa perkembangan dan peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa yg meliputi perkembangan fisik, intelektual, emosi & sosial. Masa remaja berlangsung antara umur 13-18 tahun. Jadi dalam fase ini individu sedang berada dalam pembentukan karakter nya masing -- masing, & perilakunya sehari hari contohnya pada perkara ini yaitu terkait mengenai imbas pengunaan media social dalam kalangan remaja,

 

Memang tidak bis akita pungkiri bahwa medsos ini memang nir mampu pada hindarkan bagi setiap orang tidak terkecuali remaja. Solusi buat perkara semacam ini berdasarkan aku eksklusif itu tergantung sang individu masing -- masing bila medsos ini dipakai buat hal hal yg positif maka akan membawa imbas atau impact ke individu itu baik pula contoh, dipakai pada global pendidikan browsing pelajaran, mencari kunci jawaban, & mencari hal hal yg belum kita ketahui,

 

Adapun kebalikannya bila medsos ini dipakai secara keliru atau hal hal negative maka sangatlah berbahaya bagi individu tadi terutama remaja, lantaran kita ketahui sama sama diatas medsos itu misalnya yg sudah pada katakan dokter seorang ahli kedokteran jiwa, agung frijanto, panduan gangguan jiwa pada amerika serikat sudah menyertakan internet, termasuk media sosial, menjadi hal yg berpotensi mengakibatkan adiksi atau kecanduan.

 

"apa gejalanya? Mirip misalnya adiksi narkoba. Lantaran yg disasar itu pula sistem pada otak," istilah agung pada gedung kementerian kesehatan republik indonesia, jakarta, ditulis rabu (9/10/2019). Maka sangatlah kentara bila medsos ini dipakai secara keliru maka impactnya sangatlah besar, jadi pakai lah medsosmu ini menggunakan bijak, pakai buat hal hal positif missal buat mencari surat keterangan buku, ataupun yg lainnya.

 DAFTAR PUSTAKA

 

https://www.kompasiana.com/amipratiwi18/5902e5578c7e61e71b2c3016/pengaruh-media-sosial-bagi-remaja Pukul 6:13, 6/4/2021

 

https://www.liputan6.com/health/read/4081912/menyasar-sistem-otak-adiksi-media-sosial-mirip-kecanduan-narkoba Pukul 6:13, 6/4/2021

 

[1]Wilga Secsio Ratsja Putri, R. Nunung Nurwati, & Meilanny Budiarti S. :  Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja, vol.3 no.1, ha. 1-154

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun