Kubuka dompetku. Aku masukkan uang ke amplop sebisaku. Anak itu menerimanya dengan ta'zim. Kutatap wajahnya yang terus menunduk. Wajahnya polos tapi kelihatan cerdas. Kembali kuteringat sosok anakku di rumah.
Pengamen kecil itu kemudian beringsut ke sudut pintu belakang kendaraan. Menatap langit gelap yang terus menggelontorkan air hujan tiada henti. Jika ada penumpang yang ingin turun, sambil terus menatap hujan, ia memepetkan tubuh mungilnya ke pintu.
Aku mungkin salah memberinya uang tanpa memberi solusi lebih baik  sehingga bisa mengurangi jumlah mereka. Tapi apalah aku, sekedar  jari  kelingking di antara  beratus-ratus atau bahkan  mungkin beribu tangan manusia  yang jauh lebih mampu untuk mengubah keadaan.
Tapi aku punya yang Maha Besar. Mudah-mudahan Engkau mau menolong kaum papa di negeri ini agar lebih baik hidupnya. .Ya Allah, berilah ma'unah-Mu, agar kami bisa menolong mereka. Saat ini bisaku hanya ini. Mungkin lebih baik memberi sedikit daripada tidak.
===
Jakarta, 24 Januari 2007
Revisi : 29 Nopember 2018
www.mohwildanhambali.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H