Penduduk jawa dikenal memiliki sejuta budaya yang unik dan luar biasa. Budaya yang diajarkan oleh leluhurnya yang sarat akan nilai-nilai kehidupan. Kebudayaan jawa diperoleh dari akulturasi budaya sejak bertahun-tahun bahkan berabad-abad silam. Mulai dari budaya yang wajar, sampai budaya yang kepercayaannya mengandung unsur magis. Seperti "nyapunya yang bersih nanti suaminya brewokan".Â
Budaya suronan, selapanan, blangkonan, sajenan dan lain-lain. Unsur-unsur  yang terkandung pada kebudayaan jawa kaya akan estetika. Tak ayal,di dalamnya diajarkan ajaran-ajaran kehidupan, meliputi bagaimana bersikap pada Tuhan, sesama manusia dan lingkungan hidup.  Â
Begitu juga dalam hal bahasa. Bahasa jawa dinilai kurang fleksibel bila diaksenkan. Berbeda dengan bahasa inggris yang fleksibel dan digunakan dinegara mana saja. Memang sebuah kemajuan, akan tetapi ini membuat bahasa kuno ini tersepelekan. Padahal, bahasa Jawa adalah bahasa nasehat yang paling halus di dunia. Dampaknya, banyak anak-anak kecil jaman sekarang yang tidak tahu bagaimana menyesuaikan bahsanya kepada orang yang lebih tua.Â
Tidak paham apa itu "pinarak", "sanes", "kalepatan", "segoro" dan "suwanten". Jika sudah tidak ada lagi yang mau belajar bahasa jawa. Tinggal menunggu waktu bahasa Jawa akan tenggelam. Tidak terkenang.Â
Manusia sekarang harusnya pandai berterimakasih dengan cara menjaganya atau paling tidak menyeimbangkannya dengan budaya masyarakat Global. Bukan malah meninggalkan dan mengatakan budaya-budaya Kuno Jawa itu, ketinggalan jaman dan kolot.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H