Bukan berarti merka tidak menerima pembelajaran di sekolah, namun meraka belajar di rumah lebih maksimal . Dengan demikian membantu mereka berfikir lebih religius.
Orang tua juga wajib memberikan contoh teladan yang baik kepada anak-anaknya. Sebagai anak, mereka akan melakukan apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang tuanya sebagai guru di rumah. Secara sedikit atau banyak, mereka akan menyusuh ketika orang tuanya berkata kasar, tidak sopan, tidak mau menghargai dan bersikap egois.
Jika hal ini tidak diperbaiki maka akan menjadi boomerang bagi kita selaku orang tua. Teladan yang baik akan membantu karakter baik pun sebaliknya, jika orang tua menunjukkan teladan yang tidak baik maka karakter yang tidak baik pun akan terbentuk dari diri mereka.
Nilai-nilai ini dikembangkan dari ajaran agama, filsafat bangsa, serta nilai kearifan lokal suatu masyarakat. Dengan demikian, iman dan takwa adalah pondasi karaker seseorang. Betapa pentingnya mengajarkan ilmu agama di lingkungan keluarga.
Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya yang disipkan, diteladankan oleh orang tua secara sistematis untuk mebantu membentuk karakter peserta didik yang mampu memahami nilai-nilai perilaku manusia kepada penciptanya, dirinya sendiri, dan lingkungan dan sekitarnya.
Pendidikan karakter ini dimulai dari keluarga dan anggota keluarga secara sistematis dapat melakukan karakter positif di lingkungannya karakter positif semua anggota keluarga dapat berdampak baik dalam terbentuknya karakter positif anggota keluarga lainnya. Kunci keberhasilannya adalah keteladanan positif orang tua di lingkungan keluarga.
Diharapkan orang tua mampu membentuk karakter seorang anak, baik dalam bertutur kata, bergaul, bersikap dan bertindak. Percayalah bahwa pendidikan dalam keluarga adalah sekolah yang terbaik untuk membentuk karakter peserta didik sedini mungkin.
Teori Tafsir Tarbawi Q.S Luqman [31] ayat 12-14
وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا لُقۡمَٰنَ ٱلۡحِكۡمَةَ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِلَّهِۚ وَمَن يَشۡكُرۡ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيد. وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيم. وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."