Mohon tunggu...
mohammad mukit UJ
mohammad mukit UJ Mohon Tunggu... -

JOmlo

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Moh. Mukit Alumni PP Al Jalaly

14 Juli 2010   14:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:52 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Ulil, ayat dan hadist tidak bisa langsung menyelesaikan persoalan kongkrit, karena ia memiliki keterkaitan dengan kompleksitas sejarah dan penafsiran yang melingkupinya. Tentu saja tidak semua orang harus mengetahui sejarah Kitab Suci. Yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk menalar. Kemampuan untuk menalar ini yang lalai dalam pendidikan agama di Indonesia. Persoalan ini sudah merasuk ke dalam system pendidikan. Anak-anak didik tidak diajak untuk bertanya. Acapkali malah pertanyaan dicurugai sebagai pembangkangan.

Filsuf pragmatisme Amerika Serikat, John Dewey, menyatakan bahwa seharusnya basis pendidikan adalah pengalaman. Persoalan dalam pendidikan agama di Indonesia, menurut Ulil, adalah bahwa pendidikan agama sama sekali lepas dari pergumulan pribadi. “Pendidikan bukan untuk menanamkan doktrin, tetapi menyiapkan orang untuk bisa menghadapi kenyataan yang terus berubah,” demikian Ulil. “Dengan begitu,” lanjutnya, “seharusnya anak didik bisa menginterpretasikan diktum-diktum agama dengan pengalaman yang terus berubah.

Moh. Mukit Alumni PP Al jalaly

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun