Mohon tunggu...
Moh. Ilyas
Moh. Ilyas Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Raja Salman dan Gegap Gempita Umat Islam Indonesia

3 Maret 2017   16:12 Diperbarui: 4 Maret 2017   08:00 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Republik Indonesia kelima itu menyebut para pemimpin yang menganut ideologi tertutup mempromosikan diri mereka sebagai "self fulfilling prophecy" yang dia maknai sebagai para peramal masa depan, karena mereka kerap meramal kehidupan setelah dunia fana. Meskipun penggunaan Megawati terhadap istilah yang dipopulerkan sosiolog Amerika, Robert K. Merton tahun 1948 ini dikritik oleh Duta Mardin U, karena dianggap tidak sesuai. Sebab, Merton memaknai "self fulfilling prophecy" dengan “believing something strongly enough will make it come true because you are consciously and subconsciously acting in ways that will encourage it to happen”, yang intinya, jika Anda yakin bahwa sesuatu akan terjadi, maka sesuatu itu akan benar-benar terjadi.

Tapi terlepas dari perdebatan istilah itu, saya justru memunculkan pertanyaan: Apakah tuduhan-tuduhan Megawati itu muncul karena benar-benar melihat persoalan atau sengaja diciptakan dan dibengkokkan ke isu-isu seputar SARA, karena Megawati pendukung utama Ahok yang jadi penyebab munculnya berbagai aksi karena kasus penistaan Alquran Surat Al Maidah ayat 51?

Raja Salam, Sebuah Oase?

Maka, di tengah situasi sosial politik seperti itu, kehadiran Raja Salman laksana sebuah oase di gurun sahara yang bisa melepas dahaga. Kehadirannya menjadi sedikit penawar rasa kalut yang kini mendera umat Islam di Indonesia.

Kehadiran Sang Raja diharapkankan juga menjadi penyejuk dan perajut kembali persatuan bangsa yang kini mulai retak. Persoalan-persoalan dan dinamika keummatan dan kebangsaan yang terjadi di negeri ini bisa segera berakhir. Riuh rendah yang mengarah pada konflik karena adanya ketidakadilan segera terselesaikan. Tentu saja jawaban dari ketidakadilan adalah keadilan itu sendiri. Hukum harus adil, tidak boleh

tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Tidak boleh tajam pada lawan politik tapi tumpul pada kroni-kroninya. Penguasa harus berdiri di atas semua golongan, demi kepentingan bangsa. Jangan mengorbankan bangsa ini hanya karena mengistimewakan orang-orang terdekatnya. Jangan kita membakar lumbung hanya untuk membunuh tikus di dalamnya.

Tentu, di luar itu semua, kehadiran Raja Salman juga diharapkan dapat memperbaiki kelesuan ekonomi kita. Apalagi di tengah menguatnya utang RI terhadap asing, maka adanya investasi yang diharapkan datang dari Arab Saudi bisa terealisasi, karena investasi itu jauh lebih baik dari pemberian pinjaman Asing yang kadang kala masih memiliki motif-motif lain. Pintu investasi lebih baik karena di dalamnya terdapat sharing cost, sharing labour, sharing knowledge, dan sharing profit.

Harapan lain selain yang bersifat jangka pendek seperti penambahan kuota haji bagi Indonesia, peran Arab Saudi dan peran Indonesia agar mendorong perdamaian di Timur Tengah juga bisa terwujud. Wallahu a’lamu bisshawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun