Mohon tunggu...
Moe Syafriansyah
Moe Syafriansyah Mohon Tunggu... -

kutangusang.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mungkinkah Media "Berpuasa"

18 Maret 2011   16:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun belakangan saya merasa selalu disajikan berita-berita tentang negara kita yang sedang banyak mengalami "musibah". Setiap media berlomba-lomba untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang apa yang terjadi sebenarnya, entah tujuan yang mereka miliki berbeda atau sama.

Memang kita membutuhkan selalu berita-berita terkini agar kita selalu tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu.

Namun lama kelamaan apa yang saya rasakan malah menjadi "galau" untuk memasukkan setiap berita kedalam pemahaman sendiri, yaa meski saya masih mahasiswa saya juga bagian dari bangsa ini kan.

Diluar dari keinginan untuk mencampuri urusan yang berbau kenegaraan dan penyiaran, saya ingin memberi pendapat tentang media khususnya televisi yang selama ini menjadi sumber berita dan interaktif kita kepada masyarakat luas.

Dari UU yang pernah saya baca, yaitu UU No. 40/1999 tentang Pers: bahwa media berfungsi untuk menginformasikan, mendidik, menghibur dan pengawasan sosial (pengawas perilaku publik dan penguasa). Saya bertanya apakah memilih berita untuk di blow-up juga termasuk kedalam salah satu fungsi itu?

Karena apa yang saya rasakan saat ini media selalu membesarkan suatu kejadian yang baru terjadi dan setelah ada berita baru maka berita tersebut akan terus dibahas dan akan berganti lagi setelah muncul berita yang lebih baru dan begitu seterusnya. Karena akhir-akhir ini banyak kasus-kasus yang menjadi berita besar setelah itu digantikan lagi oleh berita besar yang baru dan lain lagi. Tidak bisakah semuanya itu diberitakan dalam porsi yang seimbang? Sehingga tidak membuat orang bertanya-tanya "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Jadi, merasa seperti anak kecil yang memiliki keingin-tahuan pada sesuatu yang baru dan akan ditinggalkan setelah ia mendapat mainan baru. Sehingga, pikiran masyarakat khususnya saya seperti di "gelindingin" terus menerus dan mungkin pembuat atau sumber masalah yang diberitakan itu akan berasa "senang" dan tersenyum karena terus-terusan di ikuti "permainannya".

Pendapat lainnya, mungkin di bangsa kita masih banyak masyarakat awam (termasuk saya) yang tidak mengerti apa-apa, dan biasanya yang seperti itu sedikit lebih mudah untuk ter-provokasi. Semoga saja itu tidak terjadi yaa. Aamiiiin :)

Jadi, yang dulunya kita dapat santai di depan televisi kini menonton jadi sesuatu hal yang membosankan, terlebih lagi hiburan dan pendidikan yang dihadirkan berasa menurun.

Ya, itulah unek-unek saya, kalau saya salah mungkin dapat dimaafkan dari segala pihak dan dapat diluruskan kembali jalan saya ke jalan yang benar. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun