Mohon tunggu...
Moerni Tanjung
Moerni Tanjung Mohon Tunggu... Editor - founder of https://moerni.id

a father and a writer

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kisah Tragedi Berdarah Kanjuruhan, "Kuburan Massal" Pintu 13 dan 14

4 Oktober 2022   17:14 Diperbarui: 5 Oktober 2022   19:17 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dadang Indarto (paling kiri) adalah Aremania yang terjebak di dalam pintu 14 Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Sabtu (1/10).Foto:EKO WIDIANTO : BBC News Indonesia

Cerita duka tragedi Kanjuruhan terus menyayat perasaan. Salah satunya soal Pintu 13 dan 14. Stadion Kanjuruhan. Pintu itu menjadi saksi. Betapa banyak nyawa melayang. Menurut catatan resmi. Ada 125 orang meninggal dunia. Dan lebih dari 300 orang terluka. Salah satu tragedi terburuk dunia sepakbola.

"Tolong...tolong..." jeritan itu terngiang-ngiang di telinga Dadang Indarto. Salah satu saksi mata tragedi berdarah Kanjuruhan, Malang. Malam itu. Dadang tak bisa tidur. Insiden berdarah itu menghantui pikirannya.

Pria 40 tahun ini tak pernah membayangkan. Malam minggu yang bahagia akan berubah menjadi malapetaka. Ratusan nyawa melayang. Di dalam 'kandang' Arema FC.

Warga Kelurahan Tembalangan Kota Malang, Jawa Timur. Menonton pertandingan bola bersama rekan-rekannya. Semua berjalan normal. Tidak ada tanda-tanda akan terjadi malapetaka.

Hingga sekitar tiga menit. Setelah pluit tanda pertandingan berbunyi. Semua berubah. Suasana tenang berubah mencekam. Kepanikan di mana-mana. Jerit histeris terdengar di mana-mana.

"Saya tidak bisa tidur. Seolah-olah korban (Kanjuruhan) di depan mata. Terdengar jeritan. Tolong...tolong." Cerita Dadang. Dikutip dari BBC News Indonesia.

Sejurus kemudian. Sambung Dadang. Lapangan sudah dipenuhi oleh supporter. Saat itu. Suasana mulai mencekam. Penonton panik. Tak terkecuali Aparatur Sipil Negar a(ASN) di Kota Batu Malang itu.

Dadang pun bergegas. Menunju pintu 13. Untuk keluar menyelamatkan diri. Tapi pintu tertutup. Banyak orang tak bisa keluar. Berdesak-desakan di lorong. Dadang berlari. Bergegas. Kembali ke tribun. 

Saat itu. Terdengarlah suara tembakan. Tembakan gas air mata. Tembakan kedua diarahkan ke tribun. Yang dipenuhi sesak penonton. Dor...tembakan ketiga mengenai tribun. Tempat Dadang berdiri.

Ia terkejut. Langsung tengkurap. Menutupi wajah dengan kaos. Karena seiisi tribun sudah penuh sesak asap gas air mata. Mata perih. Dada kembang kempis. Susah bernafas. Dadang merasakan itu semua. Itu pengalaman pertamanya. Terkena gas air mata.

Dadang bangkit. Dengan sisa tenaga yang ia punya. Berlari. Melompat. Ke arah pintu 14. Saat itulah. Di lorong itulah. Ia melilhat banyak orang. Sudah tergeletak. Bergelimpangan. Meregang. Tak berdaya. Termasuk temannya. Donna. Yang sudah tak bernyawa. "Kepala bocor. Dia meninggal. Saya gendong. Ke tempat aman." Kisahnya. 

Dadang menjerit. Minta tolong. Tapi tak ada satupun yang datang menolong. Ia kembali membantu. Salah seorang korban. Yang tergeletak. Tapi masih bernyawa. Ia menggotong orang itu. Ke dekat tribun VIP. Tapi di dalam. Ternyata sudah penuh. Penuh dengan jasad. Jasad yang berjejejer-jejer. Di dekat musala.

Malam itu Dadang akhirnya bisa selamat. Dari suasana mencekam. Di Kanjuruhan. Tapi tidak dengan keponakannya. Yang juga turut menonton pertandingan.

Dadang mendapat telepon. Dari kakaknya. Yang mengabarkan. Bahwa keponakannya Vera Puspita Ayu. Telah meninggal. Keponakannya itu baru berusia 20 tahun. Masih sangat muda. Cerita Dadang. Wajah keponakannya itu menghitam. Mungkin akibat terkena gas air mata.

Kejadian ini memukul Dadang. Tak hanya karena nyawanya yang hampir melayang. Tapi juga karena keponakannya. Temannya. Dan ratusan saudara-saudara Aremania lain yang turut jadi korban. (cerita selengkapnya di moerni.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun