Perjuangan Rasuna Said Lewat Media
Perjuangan Rasuna berlanjut. Tapi kali ini lewat media. Pada 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi sebuah majalah. Nama majalahnya Raya. Isi tulisannya sama. Mengkritik kolonialisme Belanda. Jadilah Raya sebagai media yang dicap radikal oleh Belanda. Sekaligus jadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat.
Tapi Belanda mampu mempersempit ruang geraknya. Sementara, rekan-rekannya tak bisa berbuat apa-apa. Rasuna kecewa. Merana. Dan akhirnya memutuskan pindah ke Medan, Sumatera Utara. Pada 1937.
Meninggalkan kampung halaman. Meninggalkan keluarga. Meninggalkan semua yang ia punya. Kecuali cintanya kepada kemerdekaan.
Di Medan ia kembali berjuang. Lewat pendikan lagi. Dengan mendirikan perguruan putri. Tujuannya masih sama. Menyebarluaskan gagasannya. Gasan untuk merdeka.
Di Medan ia sempat membuat koran mingguan. Diberi nama Menara Poeteri. Koran ini punya slogan yang sama dengan Bung Karno. "Ini dadaku. Mana dadamu". Koran ini berbicara banyak hal tentang hak-hak perempuan. Tapi sasarannya tetap pergerakan. Serta kemerdekaan.
Karena masalah keuangan, koran mingguan ini akhirnya tutup. Dan Rasuna memilih pulang kampung. Ke Sumatera Barat.
Saat Jepang masuk ke tanah air, Rasuna menjadi pendiri organisasi pemuda Nippon Raya. Sebelum akhirnya dibubarkan oleh Jepang.
Â
Â
Perjuangan Setelah Kemerdekaan