hacker satu ini berhasil membobol data-data penting. Emang ada apa dengan Bjorka! siapa Bjorka? Dan apa maunya?
12 September -- (moerni) -- Ulah Bjorka bikin pusing. Katanya sihNamanya melambung setelah klaim kepemilikan 1,3 miliar data registrasi SIM card prabyar Indonesia. Lalu dikabarkan menjual 105 juta data warga Indonesia dari KPU. Kemudian, meretas situs Kementrian Komunikasi dan Infomatika (Kominfo). Dan membocorkan data rahasia Menteri Kominto (Menkominfo) Johnny G Plate. Termasuk meretas dokumen milik Presiden Indonesia Joko Widodo. Terbaru Bjorka membocorkan data soal kematian Munir dan insiden KM 50 dan kekayaan Menteri Agama. Â
Sederet ulah Bjorka itu bikin semua bingung. Bikin pusing tujuh keliling. Bikin sejumlah pihak saling tuding. Ada juga yang dibuat merinding.
Dalam dunia hacker dikenal istilah white and black hat. White sesuai arti harfiahnya putih. Adalah kelompok hacker yang biasanya melakukan peretasan dengan tujuan 'mulia'. Misal untuk sekadar menguji sistem keamanan. Atau menguji kemampuan pribadi dan kelompok. Sementara black hat, adalah hacker yang kerap melakukan peretasan untuk kepentingan pribadi. Atau melakukan tindak kejahatan.
Terlepas dari kedua istilah itu, hacker tetaplah hacker. Mereka bukan 'orang biasa'. Mereka orang-orang brilian. Punya kemampuan tak diragukan. Punya kelebihan. Dan orang-orang pilihan.
Saya pernah bertemu seorang hacker di bandung. Sekitar 20 tahun silam. Ia seorang mahasiswa. Saya pernah diajak ke kos-kosannya. Di pinggiran Bandung. Kos-kosannya sederhana. Dindingnya masih papan-waktu itu. Tapi di dalamnya ada seperangkat home theater lengkap. Bisa karaokean. Bisa 'ajib-ajib'.
Lalu, pada sekitar 2006 saya pernah mengikuti pelatihan IT. Gelaran lembaga pendidikan nonformal di Palembang. Acaranya di salah satu mall di sana. Narasumbernya adalah seorang hacker. Yang waktu itu sukses meretas sistem tabulasi KPU. Di dunia hacker dia dikenal dengan nama Xnuxer. Di dunia nyata namanya Dani Firmansyah.
Saat itu nama Dani begitu terkenal-sama seperti Bjorka saat ini. Ia dikenal secara nasional usia meretas dan mengganti logo-logo partai dengan gambar buah. Ada Partai Jambu. Partai Nanas. Bahkan ada juga Partai Kolor Ijo.
Semua marah. Pemerintah marah. Polisipun bergerak. Akhirnya Dani ditangkap. Dihukum enam bulan penjara. Di Salemba. Pelatihan itu digelar tak lama usai Dani 'keluar pesantren' (istilah untuk keluar penjara).
Dari cerita kedua sosok tadi, dunia hacker adalah dunia yang luar biasa. Dunia yang tanpa batas. Tempatnya orang-orang cerdas. Sekaligus dunia yang mengeringkan bagi orang awam. Dunia tanpa privasi. Dunia tanpa basa-basi. Dunia di mana semua hal bisa diketahui.
Semua bisa diketahui. Mulai dari data pribadi seperti tempat tanggal lahir. Tempat tinggal. Anak. Istri. Suami. Atau rekening bank-lengkap dengan PIN. Atau riwayat penyakit. Saking detilnya, hacker bisa tahu ukuran celana dalam seseorang.
Selama ada datanya. Semua bisa dicari. Bisa diretas. Bahkan di negara yang katanya dunia cybernya ketat. Seperti Amerika-Israel sekalipun.
Apalagi sekadar data pengguna paska bayar. Data pribadi Mekominfo. Atau surat BIN ke Presiden. Bukanlah pekerja yang sulit bagi seorang hacker. Dan rasanya, tak mungkin Bjorka membual. Apalagi kalau tahu ada ancaman penjara. Seandainya tertangkap.
Saya mencoba mengingat-ingat kenangan dengan dua kenalan hacker. Teman di Bandung dan mas Dani. Cerita keduanya sudah lama sekali. Sudah belasan tahun yang lalu. Tapi saya mencoba menyimpulkan beberapa hal;
Seorang hacker-khususnya white hat-pasti punya tujuan. Teman di Bandung meretas sejumlah situs dengan alasan 'praktik'. Ia mencoba mempraktikkan ilmu yang ia punya. Sementara Dani, meretas situs KPU karena 'kesombongan'. Kesombangan KPU yang saat itu begitu mengagung-agungkan IT mereka. Yang katanya anti bobol anti retas.
Lalu bagaimana dengan Bjorka? Apa tujuan Bjorka? Dari sejumlah pemberitaan, sebetulnya tujuan Bjorka sudah bisa diketahui. Sama seperti Dani, Bjorka 'terpanggil' membobol sejumlah informasi penting karena sikap Kominfo.
Mengutip CNCB Indonesia, Bjorka mengatakan salah satujuannya adalah untuk membuat Kominfo sibuk di akhir pekan. "Ya, memang itu tujuannya supaya mereka nggak bisa liburan akhir pekan," tulisnya.
Melalui cuitan di akun twitter @bjorkanism, Bjorka pernah menulis. "Berbagai cara telah dilakukan. Termasuk cara yang benar. Apakah itu berhasil? Jadi saya memilih menjadi Martir. Untuk membuat perubahan dengan menampar wajah mereka." Ini adalah sederet tujuan Bjorka. Benar atau tidak, cuma dia yang tahu.
Ketika dia bilang memilih menjadi Martir? Apar artinya ia tergolong orang-orang yang kecewa dengan sistem? Orang-orang yang kecewa dengan penguasa yang tak berpihak dengan rakyat?
Lalu siapa Bjorka? Sejauh ini belum diketahui siapa sosok Bjorka sebenarnya. Bjorka bahkan menantangg pemerintah untuk bisa mengungkap identitasnya.
Merujuk kisah Dani "Xnuxer" belasan tahun silam. Tidaklah mudah untuk mengetahui atau melacak seorang hacker. Kecuali si hacker meninggalkan jejak untuk dilacak.
Hacker yang handal tak mudah dikenal. Sebelum beraksi, seorang hacker akan menyiapkan semua perangkat keamanan dengan teliti. Bisa menghabiskan waktu berhari-hari. Sampai waktunya untuk beraksi.
Semua itu pun dilakukan oleh Bjorka. Semua informasi tentang Bjorka adalah informasi yang ia memang ingin semua orang tahu. Dan semuanya dishare dari cuitan twitter dan telegram. Da itu semua dikontrol olehnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H