BLT subsidi BBM direncanakan akan segera cair pada awal September. Waktu pencairan hampir berdekatan dengan rencana kenaikan harga BBM. Yang katanya akan naik per 1 September.
Sayangnya, sebelum harga BBM naik, harga kebutuhan pokok sudah lebih dulu naik. Minyak goreng, gandum, cabe, hingga telur. Juga termasuk di sektor industri, peternakan dan pertanian. Harga-harga bangunan, pakan ternak bahkan pupuk naik gila-gilaan.
Fenomena lainpun ikut muncul. BBM sudah mulai langka. Antrian kendaraan di SPBU 'mengular' . Khususnya di daerah-daerah. Namun penjualan BBM eceran justru menjamur.
Untuk meredam 'gejolak' masyarakat, dilucurkanlah BLT Subsidi BBM. Selama ini, BLT selalu menjadi 'senjata rahasia'. 'Senjata rahasia' yang sudah digunakan oleh presiden-presiden terdahulu, bukan hanya presiden Joko Widodo.
Dan kali ini, pemerintah menyiapkan dana BLT subsidi BBM lebih dari Rp24 triliun. Dengan jumlah penerima lebih dari 20 juta kelompok. Masing-masing akan menerima Rp600 ribu.
Pemerintah juta menyediakan BLT untuk pekerja berpenghasilan di bawah Rp3,5 juta. Ada 16 juta pekerja. Masing-masing akan menerima BLT senilai Rp600 ribu.
Tapi penyaluran BLT juga harus tepat. Harus juga diawasi. Karena jika asal-salan, asal rakyat tenang, bisa-bisa muncul masalah. Kata Ombudsman bisa menimbulkan maladministrasi.
Permasalahannya, apakah BLT ini akan mampu melawan inflasi yang akan terjadi?
Ekonom Senior Faisal Basri angkat bicara. Menurutnya, kenaikan harga BBM khususnya solar akan sangat berpengaruh pada kebutuhan pokok. "Solar kan (buat) harga barang naik, sehingga inflasinya naik lebih cepat." kata Faisal kepada CNN Indonesia.
BBM adalah salah satu pondasi penting dalam perekonominan. Ketika terjadi pergerakan, walaupun hanya sedikit, maka sektor lainnya akan ikut bergerak.