Sutradara: Mario van PeeblesPemeran Utama: Nicolas Cages, Tom Sizemore, Yutaka TakeuchiGenre: War Drama, WW II,
Holywood meluncurkan satu lagi film tentang Perang (Dunia ke-2 di Front) Pasifik, kali ini berdasarkan kisah nyata tentang nasib mengenaskan USS Indianapolis (CA-35) dan kaptennya, Commander Charles B. McVay III (1898-1968).
Saya lebih tertarik membagikan segi kesejarahannya, ketimbang sinematografinya. Sekedar cut n glue dari hasil mengais di Wikipedia sebagai berikut:
Kapal penjelajah milik US Navy ini ditenggelamkan kapal selam Jepang pada 30 Juli 1945, setelah menuntaskan sebuah misi rahasia terkait Manhattan Project, rencana pemboman atom atas Jepang. Begitu penting dan rahasianya misi mereka, sehingga mereka tidak diperkenankan melakukan kontak radio dan tidak mendapatkan pengawalan dari kapal lain sama sekali.
Mengenaskan, karena kapal penjelajah yang ikut berjasa besar mengakhiri Perang Dunia II ini akhirnya harus tenggelam dalam kesendirian di perairan Tinian (dekat Saipan). USS Indianapolis tenggelam dalam waktu 12 menit saja, membawa 300 awak kapalnya ke dasar Laut Filipina setelah dihajar 3 torpedo dari kapal selam Jepang. Sisanya, termasuk kapten kapal McVay, terkatung-katung di laut penuh hiu selama 5 hari, tanpa pertolongan sama sekali dari korpsnya.
Gara-gara pelayarannya masih berstatus super rahasia, padahal sudah menuntaskan misi, para petinggi US Navy bahkan tak pernah menyadari tenggelamnya kapal mereka. Hingga secara kebetulan ditemukan oleh sebuah pesawat bomber PV-1 Ventura, patroli maritim yang tertarik dengan jejak minyak diesel kapal selam di permukaan laut. Sebuah PBY Catalina kemudian diperintahkan menyusul, dan dengan melawan perintah nekat mendarat dan menanyai identitas kapal kepada para survivor.
Dari 1196 awak hanya 312 orang yang berhasil bertahan hingga bantuan datang. Sisanya ikut tengelam bersama kapal atau tewas karena luka, keracunan air asin, dehidrasi dan disantap hiu. Mereka seolah diabaikan oleh markas besar angkatan laut AS sedemikian rupa, sampai-sampai kapten kapal selam I-58 Jepang yang mentorpedonya terheran-heran dan galau.
Saat itu Letnan-commander Mochitsura Hashimoto (1909-2000) belum menyadari bahwa kapal yang dia tembak adalah salah satu aktor penentu kekalahan Jepang dalam perang. USS Indianapolis baru saja menyerahkan komponen bom atom Little Boy kepada bomber B-29 Superfortress Enola Gay di Tinian, dan dalam perjalanan ke pangkalan AS di Filipina. Beberapa hari kemudian B-29 Enola Gay inilah yang menjatuhkan bom atom Little Boy ke Hiroshima dan meratakan seluruh isinya. Termasuk keluarga Hashimoto.
Namun pada akhirnya Hashimoto jugalah, yang memberi kesaksian meringankan bagi McVay, dalam pengadilan militer November 1945. McVay menjadi satu-satunya komandan kapal perang AS yang diajukan ke meja hijau karena kehilangan kapal, karena para petinggi US Navy butuh seseorang untuk disalahkan, untuk menenangkan media cetak dan keluarga para awak kapal yang menjadi korban.
Dalam persidangan McVay dituduh tidak menjalankan prosedur standar untuk bermanuver zig-zag dalam menghadapi serangan torpedo, yang dijawab McVay sebagai tak ada gunanya. Karena menurutnya torpedo Jepang jenis Kaiten (torpedo berawak / torpedo bunuh diri) hanya bisa dilawan dengan kabur secepat mungkin. Masalahnya, penuntut menemukan bukti bahwa yang ditembakkan oleh kapal selam I-58 saat itu adalah torpedo standar, bukan Kaiten.
Di sini Hashimoto memberikan kesaksian yang meringankan, di bawah sumpah, bahwa USS Indianapolis tetap tidak akan selamat dari torpedonya walaupun melakukan manuver zig-zag, karena jaraknya terlalu dekat.
Usai pengadilan militer McVay tetap berkarir di US Navy hingga pensiun sebagai Laksamana Muda pada 1949. Namun gangguan terus menerus dari sebagian masyarakat dan keluarga para korban membuat jiwanya tertekan, dan memutuskan bunuh diri pada November 1968.
Namun pada tahun 2000, atas dorongan organisasi penyintas USS Indianapolis, Kongres AS dan Presiden Clinton menandatangani sebuah resolusi untuk mengembalikan nama baik McVay, dan arsipnya di US Navy dibersihkan dari catatan kesalahan pada 2001.
Adapun Hashimoto, menjadi salah satu dari sedikit komandan kapal selam Jepang yang berhasil membawa pulang dengan selamat kapal berikut seluruh awak kapalnya pulang ke tanah air. Hanya untuk menerima kenyataan, bahwa seluruh anggota keluarganya lenyap dalam serangan bom atom atas Hiroshima. Hashimoto wafat sebagai pendeta Shinto pada tahun 2000, lima hari sebelum ditandatanganinya pemulihan nama baik (exoneration) bagi McVay.
*pernah diposting di grup FB Diskusi Literatur Sejarah Populer
TP | 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H