Moenir Konten - Sektor pertanian Indonesia semakin berkembang pesat dengan upaya revitalisasi lahan pertanian melalui intervensi inovasi dan teknologi.
Hal ini menjadi langkah penting mengingat 70 persen penduduk Indonesia masih mengandalkan beras sebagai makanan sehari-hari.
Intervensi ini tidak hanya mencakup lahan pertanian yang sudah subur, tetapi juga fokus pada lahan-lahan suboptimal yang memerlukan pembaruan untuk meningkatkan produktivitas.
BACA JUA: MSI Rilis Monitor Gaming Terbaru, Optix MPG341QR, untuk Pengalaman Gaming Maksimal
Contoh sukses dapat dilihat dari pembukaan kawasan transmigrasi yang awalnya memiliki produktivitas rendah, namun melalui proses panjang berhasil menjadi lahan subur yang menghasilkan manfaat ekonomi bagi warga transmigrasi.
Menurut Pakar Pertanian Ladiyani Retno Widowati, lahan suboptimal memerlukan budi daya yang baik dan campur tangan manusia untuk menjaga tingkat kesuburannya.
Meskipun membutuhkan waktu belasan tahun, inovasi dan teknologi dapat mempercepat proses ini menjadi hanya 2-3 tahun.
BACA JUGA: Monitor Legion Y27h-30: Merajut Keindahan Game dengan Kejernihan dan Kesenangan
"Hasil yang buruk di musim tanam pertama pada lahan suboptimal bukanlah sebuah kegagalan mutlak, tetapi sebuah proses untuk mendapatkan informasi pembatas dan kendala pertumbuhan untuk meningkatkan produktivitas," ungkap Ladiyani Retno Widowati.
Lahan suboptimal, seperti yang terdapat di kawasan Gunung Mas, Kalimantan Tengah, memerlukan strategi khusus.