Freemasonry
Dua dari tiga kereta jenazah ini, paling menarik perhatian. Sebab di badan keretanya banyak simbol-simbol. Salah satunya adalah simbol mata satu dan segitiga yang selama ini diidentikkan dengan Freemasonry, yakni sebuah organisasi rahasia yang berisi orang-orang pilihan dari seluruh dunia.
Warin termasuk yang meyakini hal itu. Sebab beberapa teks sejarah menyebutkan Kota Salatiga termasuk salah satu dari enam daerah di Jawa Tengah di era Hindia Belanda yang terdapat Loji Freemason. Meski demikian, kebaradaan tiga kerata jenazah yang diduga milik kelompok freemason ini harus didukung oleh studi literasi yang memadai.
"Lambang yang tertera di sana memang segitiga dengan mata satu, kemudian ada cawan suci dan ada logo seperti bintang yang artinya pencerahan itu (semua) memang erat hubungannya dengan organisasi gerakan Freemason. Tapi itu memang butuh (kajian) lanjut yang lebih mendalam," jelasnya.
Wahyu Triani (33) warga Ngentaksari, Kecamatan Tingkir mengaku kagum dengan upaya para pegiat dalam menemukan dan merawat tiga kereta jenazah kuno ini. Pasalnya, keberadaan tiga kereta peninggalan era Belanda ini selama ini diselimuti banyak mitos.
"Dengar dari orang-orang tua dulu, katanya sulit dikeluarkan. Kalau dipindah katanya balik sendiri, tapi sekarang masyarakat bisa melihatnya," kata Triani.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Sri Danujo saat itu ketika dikonfirmasi membenarkan ihwal tiga kereta jenazah yang ada di sebuah gudang yang berdiri di atas tanah aset Pemkot Salatiga di Kelurahan Kutowinangun Lor.
Namun untuk perawatan, sejauh ini pihaknya masih menunggu arahan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.
"Kita masih menunggu rekomendasi dari Balai Cagar Budaya, (kereta) itu milik siapa. Tetapi kita sudah tahu kalau itu termasuk kategori benda cagar budaya bergerak. Makanya, untuk perawatannya kita mengajak komunitas yang tahu ahlinya," kata Sri Danujo.
Setelah mendapatkan keterangan dan rekomendasi dari BPCB, lanjutnya, kedepannya Pemkot Salatiga akan menganggarkan biaya perawatan termasuk membuatkan roda salah satun kereta yang rusak.
Sri Danujo juga membenarkan bahwa keberadaan tiga kereta jenazah kuno ini telah dua kali dipamerkan dan menyedot perhatian masyarakat luas. Terakhir dipamerkan saat HUT Kota Salatiga beberapa hari yang lalu.