Hari ke 28 Romadhon 1442 Hijriyah, sekira jam 17.00 WIB sandalku "hilang" di Masjid. Ihwal saya di masjid, tidak perlu diceritakan. Saya malu kalau dikira orang sholeh, sebab belum pantas.
Awalnya saya mengira paling sandalnya hanya pindah tempat. Barangkali tadi ada yang meminjam tapi tidak menaruhnya lagi di tempat semula. Tapi setelah dicari-cari dan tak kunjung ketemu, baru saya berani menyimpulkan "sandal saya hilang".
Tapi sebelum kaki menapak tanah, tiba-tiba saya teringat sebuah meme yang pernah beredar di salah satu WA grup yang aku ada di dalamnya : "Kehilangan sandal di masjid hanyalah musibah kecil. Musibah besar itu ketika sandal kita tak pernah kelihatan ada di masjid".Â
Kata-kata itu seperti menghiburku dan tiba-tiba saya mendadak bijaksana. Mungkin ada yang menyukai sandalkau, mungkin dia lebih membutuhkan. Kelak, sandal itu pulalah yang akan menjadi saksi bahwa aku pernah ke masjid. Maka, kesimpulan "sandalku hilang", buru-buru saya ralat. Sandal saya tidak hilang, mungkin tertukar atau ada yang lebih membutuhkan. Lega rasanya, kaki menjadi ringan melangkah.
"Kok nyeker mas?," Tanya rekan jamaah.
"Sandalku payu (laku) kang," jawabku.
Lantas, kata apa yang pas untuk menggambarkan perasaan bahagia ketika kehilangan sandal di masjid? Ridho apa Ikhlas?.
Mengutip dawuh KH Salman Al-Farisi, Pengasuh Pondok Al-Hikmah Buntet Pesantren Cirebon yang pernah dimuat di laman www.nu.or.id, Ridho itu berarti posisi kita adalah maf'ul atau obyek. Sedangkan ikhlas, posisi kita adalah fa'il atau subjek.
Pada kasus seseorang yang kehilangan sandal di masjid seperti saya tadi, jika merelakan disebut ridha. Sebab saya adalah korban, subyek. Ridho artinya menerima segala sesuatu yang sudah digariskan Allah SWT. Maka ungkapan yang pas dalam kasus saya tadi adalah "Saya ridho sandal saya hilang. Mungkin saja ada yang senang atau mungkin tertukar,".
Jadi tidak tepat kalau saya mengatakan "Saya mengikhlaskan". Sebab arti kata ikhlas, adalah seseorang melakukan sesuatu dengan kesengajaan. Sedangkan saya ke masjid, memang bukan untuk bersedekah sandal, tapi mau beribadah.
Dan lebih penting lagi, perbuatan ikhlas itu tidak perlu dibicarakan; "Saya Ikhlas". Karena kalau seseorang banyak mengucapkan kata ikhlas, maka keikhlasannya menjadi diragukan. Ikhlas itu aama seperti surat Al-Ikhlas, yang tidak ada satu pun kata ikhlas di dalamnya. Itu masih kata Kiai Salman di https://www.nu.or.id/post/read/102200/hilang-sandal-di-masjid-ridha-apa-ikhlas.