Disadur dari berbagai sumber berita, pada 11 Maret 2021 kemaren, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev menerima kunjungan kenegaraan Presiden Terpilih Kyrgyzstan Sadyr Japarov di Istana Kepresidenan Kuksaroy, Tashkent, Uzbekistan.
Pasca terpilihnya Presiden Japarov pada 10 Januari 2021 lalu, kemudian pelantikannya pada 28 Januari, Presiden Kyrgyzstan bergegas melakukan berbagai kunjungan kenegaraan. Uzbekistan menjadi negara ketiga setelah Rusia dan Kazakhstan.
Menemani Japarov dalam kunjungan kenegaraannya ke Uzbekistan dari 11-12 Maret adalah sebagian besar cabinet menterinya, beberapa gubernur regional, kepala militer dan keamanan perbatasan, dan berbagai perwakilan pemerintah lainnya.
Dalam pertemuan yang berlangsung dalam suasana terbuka dan bersahabat, rangkaian pengembangan kemitraan strategis lebih lanjut serta memperkuat persahabatan dan hubungan bertetangga yang baik, dibahas.
Pada dasarnya, hubungan kedua negara tetangga ini terjalin dengan baik selama beberapa tahun terakhir. Meski demikian, terdapat masalah-masalah regional dan internasional bersama yang sedang dihadapi kedua negara Asia Tengah tersebut.
Hal inilah yang mendasari keduanya untuk secara intensif menjalin kemitraan berkelanjutan dalam bidang politik, perdagangan-ekonomi, transportasi-komunikasi, dan bidang-bidang lainnya.
"Kami menyinggung seluruh masalah bilateral yang menjadi kepentingan bersama. Pada saat yang sama, perhatian prioritas diberikan pada peningkatan kerja sama perdagangan-ekonomi. Kami sepakat untuk mengambil langkah-langkah untuk lebih meningkatkan volume perdagangan bersama." sebut Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev dalam siaran pers.
Para kepala negara menegaskan bahwa pengembangan lebih lanjut perdagangan dan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan merupakan bidang prioritas kemitraan strategis.
Diproyeksikan volume perdagangan kedua negara dapat berlipat ganda karena diversifikasi perdagangan serta perluasan jangkauannya di tahun-tahun mendatang. Tercatat bahwa omset perdagangan telah tumbuh lebih dari lima kali lipat selama empat tahun terakhir dengan angka melebihi $900 juta (sekitar Rp. 12 triliun).
Sektor transportasi dan pengembangan koridor transit merupakan bidang penting lainnya dalam kerja sama Uzbekistan - Kyrgyzstan. Upaya ke arah ini akan memberikan akses paling efisien ke pasar luar negeri. Secara khusus, pembangunan jalur kereta api Uzbekistan - Kyrgyzstan - Cina memiliki kepentingan strategis.
Bidang penting lainnya adalah kerja sama antardaerah, yang dalam perkembangannya telah diimplementasikan kesepakatan antarpemerintah tanggal 5 September 2017, serta kesepakatan antara kawasan dan kota kedua negara. Pada tahun 2018, Dewan Hokims (Gubernur) dan Kepala Administrasi Daerah Perbatasan dibentuk.
Isu kerja sama di bidang budaya dan kemanusiaan, yang merupakan faktor penting dalam memperkuat hubungan persahabatan dan meningkatkan pengertian bersama antara masyarakat kedua negara, juga dibahas.
Selain itu, para pihak sepakat untuk mengembangkan kerja sama di bidang sains, pendidikan, budaya, olahraga, dan pariwisata. Para kepala negara sepakat untuk melanjutkan kembali hari-hari budaya dan acara kemanusiaan lainnya.
Pentingnya mengembangkan kerja sama dalam perawatan kesehatan dan farmasi, termasuk meningkatkan kemitraan dalam penyediaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan di masa pandemi pun tak ketinggalan dicatat.
"Uzbekistan adalah salah satu mitra dagang utama Kyrgyzstan. Untuk mengaktifkan seluruh kerja sama gabungan tersebut, direncanakan akan diadakan pertemuan komisi antar parlemen dan antar pemerintah, pertemuan para hokim dan kepala pemerintahan daerah perbatasan secepatnya. Kami sepakat untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perwakilan bisnis, meningkatkan perputaran perdagangan." ucap Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov dalam siaran pers.
Layanan Pers Kepresidenan Uzbekistan menyebutkan, selama kunjungan dua hari tersebut, 22 dokumen perjanjian ditandatangani yang mencakup hampir semua bidang kemitraan yang beberapa disebutkan di atas.
Selain itu, Dana Investasi Bersama, program kerja sama antara kementerian luar negeri, dokumen di bidang bea cukai, kerja sama militer dan teknik militer, kesehatan, pertanian, ketahanan pangan, karantina tumbuhan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya juga ditandatangani.
Tentu harapan rakyat kedua negara adalah merasakan "hasil nyata" dari pertemuan tersebut dan melihat bahwa kepala negara keduanya bergerak dari kata-kata menjadi perbuatan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI