Kilang-kilang minyak itu, bertaburan di tanah rencong ini
Tapi sayang, pemiliknya bukan kami
Kami hanya pribumi yang awam dan lugu
Bermadikan peluh, sebagai kuli kasar yang rela kulitnya menjadi legam
Hanya untuk beberapa rupiah saja
Sementara tuan-tuan dari pulau seberang itu pemiliknya
Mereka berpenampilan parlente, gagah dengan dasinya
Dinginnya hawa ruangan, sebagai tempat tuan itu bekerja
Tak sebanding dengan kami, sebagai kuli yang terbakar mata hari
Bumi kami di bawahnya mengalir sungai-sungai minyak
Mengundang hasrat tuan itu untuk mengendus aura dolar didalamnya
Membuat kaum imprialis rela berperang untuk merebutnya
Tanah itu kini telah di eksploitasi untuk mengeruk kekakayan
Sementara para pribumi hanya dapat menontonnya
Tak ada kesepakatan yang menguntungkan dengan mereka
Hanya meninggalkan sisa-sisa janji manis para kapitalis
Hampir se abad lamanya, mereka menyuling minyak ditempat kami
Tapi apa yang tersisa? Selain jalan berlobang dan besi tua itu
Mereka merampasnya dari kami, habis minyak terbitlah sengsara
Kuta Raja, 24 Januari 2021
Moehib Aifa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H