Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Zona Nyaman Mengakibatkan Hilangnya Obsesi Besar Seseorang

20 Januari 2021   23:03 Diperbarui: 22 Januari 2021   05:35 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock

Ilustrasi: shutterstock
Ilustrasi: shutterstock

Kebanyakan orang takut untuk move on dengan pekerjaan lain, karena takut akan berbagai resiko yang akan dihadapinya. Pada umumnya mereka takut dengan kegagalan yang akan menyambanginya saat bekerja di tempat yang baru.

Ketika ketakutan sudah menyelimuti mereka, maka pada akhirnya mereka hanya berada pada zona nyaman. Sama sekali tidak berani kluar dari zona tersebut.

Inilah penyebabnya di Indonesia kebanyakan orang hanya mampu menjadi pekerja untuk membuat pemilik perusahaan menjadi kaya. Sementara para buruh hanya menjadi orang biasa dengan pendapatan pas-pasan, tanpa adanya kepastian masa depan.

Barangkali masih ingat dengan kisah dari Almarhum Jakob Oetama salah seorang pendiri kompas, pada awalnya beliau hanyalah seorang guru biasa di sebuah sekolah. 

Tapi karena beliau berani untuk keluar dari zona nyaman, akhirnya beliau menjadi presiden direktur di Kompas Gramendia Group.

Sebagaimana kita ketahui bersama, sema hidupnya beliau telah berhasil membawa perusahan tersebut berkembang pesat. Dari kisah beliau seyogyanya bisa menginspirasi kita, agar jangan pernah takut untuk keluar dari zona aman.

Ketika Orangtua Punya Obsesi Lain untuk Anaknya 

Orang tua lebih dominan dalam menentukan masa depan anaknya, satu sisi hal ini memang baik terhadap mereka. Namun disisi lain jika orang tua terlalu mendekte anaknya, atau dengan kata lain mengarahkan anaknya untuk mengikuti obsesi sang orangtua.

Keadaan tersebut akan membuat sang anak merasa sangat terpuruk, akan merasa bahwa ia harus menguburkan impiannya. Kemudian bergerak untuk mewujudkan impian orangtuanya, dimana hal tersebut dilakukan menyimpang dengan nuraninya. Semata dilakukannya hanya untuk menyenangkan orangtuanya.

Apabila budaya seperti ini masih menjadi trend dikalangan orangtua, maka ini akan berdampak pada psikologis sang anak. Akan sulit kita dapatkan orang-orang yang loyal dengan tugasnya nanti, karena dia hanya melakukan apa yang disukai orangtuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun