Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penusukan Syekh Ali Jabier: Wujud Kegagalan Orangtua Pelaku dalam Mendidik Anaknya

14 September 2020   15:31 Diperbarui: 14 September 2020   15:36 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian mengejutkan datang dari ujung pulau sumatera, tepatnya di Bandar Lampung, seorang pemuda yang dengan sengaja menikam Syekh Ali Jabier menggunakan sebilah pisau. Untungnya peristiwa tersebut tidak sampai merenggut nyawa ulama yang begitu dicintai oleh umat Islam di negeri ini.

Musibah yang menimpa Syekh Ali Jabier, merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan oleh seorang pemuda. Sejatinya pemuda adalah harapan bangsa, ditangan mereka masa depan bangsa ini. Harusnya tindakan kejahatan yang mencoba menghilangkan nyawa Syekh Ali Jabir, tidak terjadi, apa lagi pelakunya adalah seorang pemuda.

Apakah sudah sekelam inikah kehidupan generasi muda kita, di usia emasnya seharusnya melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan maha karyanya. Malah sebaliknya di usia emasnya ia harus mendekam di penjara dan mempertanggung jawabkan kejahatannya.

Meskipun Syekh Ali Jabier, secara pribadi tidak terlalu mempermasalahkannya, dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak hukum. Akan tetapi kasus ini menjadi berat bagi sipelaku, seumur hidupnya akan dibayang-bayangi oleh kesalahannya tersebut.

Melihat kasus ini, bagi penulis merasa ada semacam rantai yang terputus dalam pendidikan anak dilingkungan keluarganya. Dugaan ini bukan tanpa sebab, tapi secara logika tentunya kita bisa melihat lebih dalam.

Andaikata orang tuanya memiliki pola asuh yang baik terhadap anaknya, tentunya ia tidak akan pernah melakukan perbuatan keji tersebut.

Biasanya tindak kejahatan itu disebabkan oleh dua faktor, salah satu adalah karena adnya dorongan kuat dalam dirinya untuk mencoba membunuh dengan motiv tertentu. 

Selanjutnya yang kedua disebabkan oleh adanya desakan oleh faktor luar, dengan sejumlah iming-iming hadiah, ataupun tekanan yang berupa ancaman tertentu.

Terlelapas dari keuda faktor tersebut, selama adanya pola asuh yang tepat dalam keluarga, disertai dengan pendidikan yang baik, maka tidak akan mudah bagi seseorang utuk melakukan perbuatan keji tersebut.

Mendidik Anak, Seperti Seorang Pandai Besi

Setiap anak yang terlahir didunia ini adalah fitrah (suci), ibarat sperti kertas putih, begitupun dengan memorinya masih belum bervirus. Disinilah peran kedua orangtua dituntut untuk proaktif dalam membangun karakternya.

Penerapan nilai-nilai agama dan budaya yang baik, menjadi tanggung jawab orang tuanya, untuk membentuk pondasi yang kokoh. Selibihnya menjadi tugas guru sekolah maupun guru ngajinya untuk memahami lebih detil tentang suatu jurusan keilmuannya.

Jika kita boleh menyamakan dengan pandai besi, maka hendaknya seperti itulah cara kita mendidik anak kita. Besi-besi tua tidak akan berarti apa-apa tanpa kecakapan dan sentuhan si ahli besi dalam membuat sebilah pisau, parang, maupun pedang.

Untuk menjadikan sebuah pedang yang indah, tentunya si pandai besi perlu membakar besi tersebut agar lebih lunak. Ketika besi sudah lunak maka si pandai besi akan mudah membuat sebuah pedang, termasuk ukiran sesutu pada pedang tersebut agar terlihat semakin indah.

Begitupun pada anak, kita tidak mungkin lagi bisa meluruskan pemikiran anak kita ketika ia sudah dewasa. Hal itu hanya bisa kita lakukan ketika usianya masih lunak, mudah untuk kita isi dengan pesan-pesan yang baik, dan budaya yang sesuai dengan kita.

Pada prinsipnya, semua anak adalah insan yang baik, akan tetapi faktor lingkungan dan kelengahan orang tua yang akan merubahnya. Apa yang terjadi pada pemuda yang melakukan upaya pembunuhan Syekh Ali Jabier, merupakan suatu bentuk kegagalan orang tuanya dalam mendidiknya.

Orangtua Tidak Boleh Lengah Dalam Memantau Anaknya

Semestinya setiap orang tua harus menyimpan rasa curiga terhadap anaknya, baik itu tentang pergaulannya. Serta hal-hal lain seperti, pekerjaannya, maupun tentang kebiasaan lainnya. Ini kita lakukan bukanlah sebagai bentuk overprotektif kita terhadapnya, tapi lebih kepada upaya preventif agar anak kita tidak salah jalan nantinya.  

Jika kita menemukan Sesutu yang mencurigakan tentang anak kita, itu sudah saatnya kita menegurnya. Apalagi saat kita menegur, sang anak mulai mencoba menyembunyikan Sesuatu, kita selaku orang tua sudah bisa mencoba membuka komunikasi denga ahli phisiklog maupun pihak keamanan. Agar kita bisa menekan masalah yang akan diperbuat oleh anak kita.

Membaca Bahasa Tubuh dan Gelagat Anak 

Agar anak kita terhidar dari perlakuaan yang menyimpang, ada baiknya kita mengetahui beberapa gelagat dan bahasa tubuh yang terindikasi berpotensi akan bermasalah.

Tidak Mengenal Moral dan Kasih Sayang, sebelum ia tumbuh besar, ada baiknya pada masa kanak-kanak dibekali dengan rasa kasih dan sayang. Agar anak memiliki kepekaan sosial yang tinggi nantinya.

Jika seseorang tidak memiliki rasa tersebut, kita sudah bisa mengantisipasinya dengan berkonsultasi dengan pihak terkait, terutama ke konselor atau psikolog yang dapat dipercaya.

Kejam Pada Hewan dan Makhluk Hidup Lainnya, ini sangat berbahaya bila ada anak yang kecam pada hewan seperti menyiksa dan bahkan sampai membunuhnya. Barang kali anak tersebut akan cenderung menjadi berperilaku psikopat nantinya.

Tidak Memiliki Empati, Seorang anak yang kurang berempati atau, tidak memiliki empati, biasa lebih cenderung bersikap kasar. Suka membully kawannya, sewaktu-waktu ini juga bisa saja mengarah kapada perilaku psikopat.

Tidak Memiliki Ekspresi Wajah, secara normal wajah seseorang akan berubah sesuai dengan suasana disekitarnya. Jika ada suasana yang lucu maka ia akan gembira, pun dengan suasana yang pilu ia juga akan sedih. Bila tetap dengan ekspresi yang biasa-biasa saja, maka ini juga perlu diwaspadai.

Suka Merusak Barang, tindakan kasar pada barang-barang dengan merusaknya, ini salah satu laupan emosi yang tidak bisa dikontrol. Perlu pendampingan agar anak anda, tidak meluapkan emosi terhadap orang disekitarnya.

Suka Melanggar Peraturan, selain untuk melatih disiplin, sejatinya peraturan juga sebagai benteng menekan angka kriminal. Seseorang yang terindikasi psikopat, pastinya dia akan menjadi pribadi yang nekat dalam melawan semua aturan.

Jika diantara kita ada anaknya yang mengalami salah satu tanda diatas, segeralah berkonsultasi dengan ahlinya. Meskipun tanda-tanda tersebut belum tentu akan mengakibatkan masalah besar nantinya, tapi tidak ada salahnya kita mengantispasinya sejak dini.

Agar kita tidak menyesal kemudian hari ketika anak tersebut dikatagorikan sebagai psikopat. Apa lagi sampai melakukan kejahatan yang dapat melukai, hingga berujung pada menghilangkan nyawa orang lain.

Banda Aceh, 14 September 2020

Moehib Aifa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun