Ketika itu tahun 1995, usia saya baru beranjak 10 Tahun, kebetulan bapak saya berprofesi sebagai seorang guru, jadi tidak terlalu sulit untuk membawa pulang buku pinjaman dari perpustaan tempatnya bekerja.Â
Saat tiba di rumah siang itu bapak saya menyerahkan buku yang berjudul "B.J. Habibie Kisah Hidup & Karirnya" sembari berkata, "Bacalah buku ini sampai tuntas" sejurus kemudian beliau berlalu dari hadapan saya dan masuk ke dalam rumah.Â
Sebuah buku yang menginspirasi penulis untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama dan berjiwa nasionalis terhadap bangsa dan negara.Â
Penulis membaca buku tersebut hingga selesai. Dalam buku tersebut melihat sosok B.J. Habibie sebagai seorang yang sangat cerdas melampui kecerdasan rata-rata orang lain pada umumnya.
Beliau berjuang dengan sangat gigih, setelah ditinggalkan oleh ayahnya, tidak pernah patah semangat. Dalam pikiran Habibie, selalu terpatri nasehat dari bapaknya, Â "Jadilah seperti air yang menjadi sumber kebahagian bagi orang sekitarnya, di mana ada mata air, di situ ada kehidupan".Â
Berkat ketekunan dalam belajar, membuat dirinya muncul sebagai sosok yang cerdas. Singkatnya beliau berhasil kuliah di Jerman, hingga meraih gelar doktor tahun 1965 di bidang spesialisasi konstruksi pesawat terbang.
Tekadnya sangat kuat untuk menciptakan pesawat terbang yang akan menghubungkan antara satu pulau dengan pulau lainnya di Indonesia.Â
Saat pulang ke Indonesia beliau bekerja dengan giat, mendedikasikan ilmunya sesuai keahliaannya. Kerja kerasnya membuahkan hasil, dengan berhasil membuat pesawat terbang N250, proses perakitan pesawat ini digagas sekitar 1989, dan diselesaikan pada tahun 1995.
Kemudian, tepatnya pada tanggal 10 Agustus 1995, pesawat N250 mengudara di langit biru tanah air Indonesia, dengan menggunakan landasan Bandara Husein Sastranegara Bandung.Â
Membuat rakyat Indonesia berdecak kagum, atas keberhasilan terbang perdana pesawat hasil karya anak bangsa. Sekaligus menjawab keraguan dari pihak yang pesimis akan keberhasilan mengudaranya pesawat tersebut.
Masih segar dalam ingatan saya, melihat peluncuran pesawat N250 melalui layar kaca, terlihat presiden Soeharto terseyum puas sembari mendengarkan penjelasan dari BJ. Habibie. Pesawat tersebut terbang perdana (First Flight) di udara sekitar 55 menit, pesawat yang bisa dikatakan sangat canggih di masanya.
![Habibie muda berambisi membuat pesawat terbang, dan Foto kiri saat B.J.Habibie Menjabat Presiden Ke-3 RI. (Sumber: Diolah dari jawapos.com dan tribun.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/23/untitled-1-5f42421e097f364bb33ab212.jpg?t=o&v=770)
Atas keberhasilannya menciptakan rumus yang dinamakan "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.
Kecerdasannya telah mengantarkan Indonesia pada kemajuan teknologi pesawat terbang. Menjelang hari kemerdekaan Indonesia yang ke-50 tahun, Indonesia membuktikan pada dunia kemampuan di bidang kedirgantaraan, dengan berhasilnya peluncuran pesawat terbang N250, mengudara dengan mulus di langit Indonesia.
B.J. Habibie Terpaksa Menguburkan Impiannya
Impian B.J. Habibie begitu besar terhadap bangsa ini, dan telah beliau buktikan dengan keberhasilan dalam membuat pesawat terbang. Namun impian untuk memproduksi pesawat ciptaannya itu secara massal harus ia kuburkan dalam-dalam. Krisis moneter membuat pesawat tersebut gagal diproduksi secara masal.
Habibie telah berbuat sesuai dengan kapasitasnya, janjinya untuk ibu pertiwi sudah ia tuntaskan, bukan salah beliau ketika pesawat tersebut tidak bisa diproduksi masal. Akan tetapi itu lebih kepada keadaan krisis, sikap pengambil kebijakan, dan  bisa jadi terjadinya pencekalan oleh pihak luar negeri yang tentu tidak ingin Idonesia mengembangkan pesawat N250.
Hal ini selaras dengan pemberitaaan salah satu media yang menyebutkan, ketika krisis moneter menghantam Indonesia pada 1997, IMF mau membantu pemerintah dengan pinjaman US$ 5 juta dengan salah satu syarat menghentikan subsidi pada IPTN (tempo.co).
Pencekalan tersebut bisa jadi ketakutan pihak asing akan keberhasilan Indonesia dalam memproduksi pesawat terbang. Ini sangat disayangkan, padahal pesawat itu akan menjadi sumber devisa negara nantinya.Â
Seandainya Indonesia mampu memproduksi pesawat terbang, maka kita akan mengurang kebiasaan kita yang bersifat konsumtif semata. Malah seblaiknya Indonesia akan menjadi bangsa yang bisa mengeluarkan produk di bidang pesawat terbang, yang akan dipasarkan ke seluruh belahan dunia.
Tantangan untuk Ilham Habibie
Namun yang lebih dikenal saat ini adalah Ilham Habibie selaku komisaris di PT. Regio Aviasi Industri (RAI) sebuah perusahan yang bergerak di bidang perancangan, pengembangan dan manufaktur pesawat terbang.
Anak sulungnya selain mewarisi kecerdasan ayahnya ia juga mempuinya bakat yang sama dengan ayahnya. Dirinya diharapkan mampu meneruskan cita-cita besar dari mendiang bapaknya, membuat pesawat terbang dan memproduksinya secara masal.
Sebelum Habibie meninggal, beliau pernah menjelaskan kepada publik di depan presiden Jokowi, bahwa akan menggarap projek pembuatan pesawat terbang R80. Meskipun bukan kelanjutan dari N250, tapi ini suatu harapan besar bagi bangsa Indonesia, agar mampu memiliki pesawat terbang produksi dalam Negeri, murni karya anak Bangsa.
Adapun jenis pesawat yang akan dibuat adalah R80Â sebuah pesawat yang bermuatan sekitar 80-90 penumpang. Project R80 telah beberapa kali mengalami penundaan sejak diperkenalakan oleh pencetusnya B.J. Habibie.Â
Diperkirakan pesawat ini akan bisa diproduksi masal sekitar tahun 2025. Semoga saja kali ini sesuai harapan, tidak layu sebelum berkembang, atau mengikuti seniornya N250 untuk menemaninya di museum.
N250 Mendarat di Museum
Pesawat perdana buatan Indonesia, dipindahakan dari PT Dirgantara Indonesia ke Museum Dirgantara Mandala Yogyakarata. Pesawat yang pernah membuat nama Indonesia, begitu masyhur dimata dunia. N250 tidak hanya mendarat di langit  biru Indonesia, namun pesawat tersebut pernah mengelilingi asia hingga ke Eropa.
Sekira tahun 1997 N250 mendarat dengan sempurna di Paris untuk mengikuti sebuah pameran air craft berkelas dunia. Habibie dengan penuh semangat menjelaskan tentang kecanggihan yang dimiliki oleh pesawat N250. Dalam pameran tersebut telah mebuat bangsa lain mengakui kehebatan Bangsa Indonesia dalam membuat pesawat terbang.
Namun sangat disayangkan, pada akhirnya pesawat N250, hanya meninggalkan kenangan dan kemegahannya bagi rakyat Indonesia. Tepat pada tanggal, 21 Agustus 2020, pesawat kebanggan bagi rakyat Indonesi itu, telah mendarat dengan mulus di museum.
Meski ada kendala, Fajar Adriyanto menuturkan tidak ada kerusakan pada pesawat N-250 Gatotkaca. Pesawat ini tiba di Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala Yogyakarta sekitar pukul 04.30 WIB (kompas.com)
Habibie Pergi, Dalam Geloranya Masih Membara Â
Belum genap 1 tahun setelah eyang B.J. Habibie meninggal, pesawat N250 ciptaannya juga ikut menuju ke tempat peristirahatan terakhirnya di museum. Padahal semangat Habibie masih sangat menggelora di bidang kedirgantaraan. Hingga di usianya yang telah senja, beliau masih menyumbang tenaga dan pikiran untuk pengembangan Tekhnologi pesawat terbang (Air Craft).
Namun apa boleh buat, R80 yang diharapkan mampu menggantikan kekecewaan beliau terhadap N250, ternyata juga gagal mendapat prioritas untuk dikerjakaan pada tahun 2020-2024. Inilah keadaan negeri kita yang masih setengah-setengah di dalam memfasilitasi SDM untuk bisa berbuat dan membuktikan keahliaan mereka.
Meskipun begitu, B.J. Habibie boleh pergi untuk selama-lamnya, beliau suadah tiba saatnya untuk menghadap sang Khalik, datang dan pergi memang sudah suratan Ilahi. Akan tetapi geloranya masih membara, semangatnya membumbung tinggi, melebihi ketinggian N250 yang pernah mengudara di langit pertiwi.
N250 dimuseumkan, bukan berarti semangat anak negeri juga telah dimuseumkan, namun ini menjadi tantangan bagi para insyiur yang memiliki keahlian di bidang pesawat terbang untuk melanjutkan cita-cita presiden ke-3 RI bapak B.J. Habibie.
Sudah saatnya kita menunjukan pada dunia, bahwa Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara yang menghasilkan pertanian, dan hasil laut.Â
Lebih dari itu Indonesia juga harus menunjukan taringnya di udara dengan memproduksi pesawat terbang secara masal. Semoga suatu saat pesawat terbang buatan Bangsa Indonesia, akan mengisi sudut-sudut bandara di seluruh penjuru dunia. Â Â
Banda Aceh, 23 Agustus 2020
Moehib Aifa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI