Sebelum ditangkap Soekarno-Hatta sempat mengadakan rapat. Inti penting keputusan rapat tersebut adalah memberikan mandat kepada Sjarifuddin untuk membentuk pemerintahan sementara.
Tak lama kemudian Soekarno-Hatta, benar-benar ditangkap dan diasingkan oleh Belanda keluar pulau Jawa.
Sjarifuddin Prawiranegara, selaku pemegang mandat, dalam pidato politiknya beliau menyerukan "Negara Republik Indonesia tidak tergantung kepada Soekarno-Hatta sekalipun kedua pemimpin itu adalah sangat berharga bagi bangsa kita. Patah tumbuh hilang berganti. Hilang pemerintah Soekarno-Hatta, sementara atau untuk selama-lamanya, rakyat Indonesia akan mendirikan pemerintahan yang baru, hilang pemerintah ini akan timbul yang baru lagi".(kompas.com)
Menurut saya, keberadaan PDRI sangatlah penting. Dalam setiap pertempuran pemenang perang akan menyimpulkan, apabila telah menawan pemimpin tertinggi sebuah negara yang kalah perang, maka negara tersebut telah bubar. Tiba saatnya bagi pemenang perang untuk menguasai wilayah tersebut. Sayangnya perkiraan Belanda itu, jauh meleset.
Keberadaan pemerintahan Indonesia tetap ada, dan lengkap dengan kabinetnya, serta masih berada dalam wilayah Indonesia. Berbeda dengan pimpinan Belanda yang mengasingkan dirinya ke negara Inggris, saat dikuasai oleh Jerman.
Perjanjian Roem -- Royen
Pemerintah Darurat Rupublik Indonesia (PDRI) berakhir setelah terlaksananya perundingan Roem-Royen, antara pemerintah Belanda dengan Indonesia. Perundingan tersebut juga mengembalikan tawanan politik yang diasingkan oleh Belanda tanpa syarat. Tepat pada tanggal, 13 Juli 1949 Presiden RI Ir. Soekarno dan Moh Hatta kembali kejakarta.Â
Agar tidak terjadi dualisme kepemimpinan di Indonesia, kabinet Sjarifuddin Prawiranegara, mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.
Bagi saya pribadi menilai sosok Sjarifuddin Prawiranegara dan Mr. Tuku Moehammad Hasan adalah dua bintang yang pernah bersinar. Walaupun sinar itu pelan-pelan meredup seiring dengan kepentingan dan gejolak politik paska Indonesia yang baru merdeka.
Presiden tanpa Jejak di Istana