Dalam dunia perpolitikan apapun bisa terjadi, tidak mengherankan apabila hari ini menjadi teman dalam politik, di periode selanjutnya akan menjadi lawan. Semua tergantung keadaan dan kepentingan politik. Jadi bila anda belum siap atau masih baperan dalam berpolitik, mending jangan dulu. Nanti enggak kuat, biar mereka saja.
Namanya juga politik. Dari asal katanya saja sudah mengarah kepada banyak cara. Apapun akan dilakukan untuk menguntungkan partai maupun posisinya. Kita sebagai rakyat biasa hanya bisa menonton lakon para kaum politikus, dengan segala tingkah polahnya.
Untuk saat ini di Indonesia berdasarkan pemilu anggota DPR tahun 2019, ada tiga partai besar yaitu, PDIP (19.33%), Partai Gerindra (12,57%) dan Paratai Golkar (12,31%), dan diikuti oleh PKB sekitar (9,69%) sebagai runner up (nasional.tempo.co). Tiga partai besar tersebut punya nilai jual tinggi dalam menentukan pasangan presiden pada pemilu yang akan datang ditahun 2024.
Sebagai orang awam yang masih baru mencoba mengamati percaturan politik di level nasional, saya punya asumsi tersendiri terhadap kemungkinan yang akan terjadi pada pilpres mendatang. Hal itu tentunya dengan melihat dan membaca geliat tokoh politik dalam melakukan manuver politiknya, baik sebelum maupun sesudah pilpres.
Mengenai petarungan politik ditahun 2024 yang sangat menarik untuk dikaji adalah tentang adanya kemungkinan duet antar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Bukan tanpa sebab saya berasumsi seperti itu, tapi semua bisa kita lihat pada pengalaman sebelumnya. Mereka juga pernah menjadi pasangan pada pemilihan presiden tahun 2009.
Politik memang susah ditebak. Terkadang tidak masuk akal dengan berbagai kejutan-kejutan yang datang dari pemainnya. Masih ingat kejutan yang diberikan oleh Prabowo? Tanpa membutuhkan waktu yang lama, beliau langsung bersedia untuk berjumpa dengan Jokowi. Dalam rangka konsolidasi setelah pihak KPU Pusat menetapkan pasangan Jokowi-Ma'ruf sebagai pemenang pemilu.Â
Apa yang terjadi di akar rumput para simpatisan dan pendukung Prabowo, tentunya mereka sangat merasa kecewa dengan sikap Prabowo yang bersedia berjumpa dengan Jokowi di Stasiun MRT Lebak Bulus.
Selanjutnya diikuti oleh kejutan yang lebih menghebohkan lagi, dengan masuknya Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dan Edhy Prabawo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, dalam kabinet presiden Jokowi. Â
Bagi kita masyarakat awam, itu mengejutkan. Bagi simpatisan, keputusan itu mengecewakan. Akan tetapi para politikus, itu biasa-biasa saja. Sebuah 'permainan' yang sudah sering terjadi di dalam dunia perpolitikan.Â
Tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kejutan yang lebih dahsyat lagi di tahun 2024. Saya tidak bermaksud melangkahi takdir Yang Maha Kuasa. Hanya bentuk kekerdilan dalam berpraduga.
Bagaimanapun, sebagai warga negara Indonesia, sah-sah saja berprediksi akan terjadinya duet antara PDI-P dengan Gerindra. Jelasnya lagi PDI-IP akan mengusung Prabowo di Pilpres mendatang. Pendapat ini saya kemukakan berdasarkan analisa atas beberapa perkembangan lapangan yang terjadi sebelumnya.
Pengalaman Pilpres Sebelumnya
Sebagaimana kita ketahui bersama pada tahun 2009 pernah terjadi koalisi antara PDI-P dengan partai Gerindra yang mengusung Megawati sebagai calon presiden dan Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden.
Semenjak terbentuknya koalisi kedua partai, membuat kedua pasangan tersebut semakin harmonis di setiap kampanye. Yang lebih mendamaikan lagi, ketika pak Probowo dan Megawati memasak bersama di kediaman anak Soekarno, untuk mengisi masa tenang sebelum pencoblosan. Ketika itu yang jadi pemenang pilpres adalah pasangan Sosilo Bambang Yodhoyono -- Boediono.
Namun pada pemilihan selanjutnya pada tahun 2014, mereka menjadi rival dengan jalannya masing-masing.  Di mana saat itu PDI-P mengusung pasangan sendiri yaitu Jokowi--Jusuf Kalla, sementara Gerindra mengusung Prabawo Subianto--Hatta Rajasa. Nasib baik berpihak untuk pasangan Jokowi--Jusuf  Kalla sebagai pemenang Pilpres dari partai PDI-P beserta koalisi dengan partai lainnya.
Pada tahun 2019 kedua partai besar ini juga menjadi rival dengan mengusung calon masing-masing. Â PDI-P mengusung Jokowi-Ma'ruf Amin dan dari partai Gerindra mengusung Prabowo Subianto -- Sandiaga Salahuddin Uno. Namun, nasib baik untuk kedua kali tetap berpihak pada Megawati, karena KPU kembali menetapkan pemenang dari pasangan yang mereka usung yaitu Jokowi-Ma'ruf Amin. Â Â Â
Kemungkinan Koalisi
Bukan tidak mungkin, romantisme antara Partai PDI-P dengan Gerindra yang pernah terjadi pada tahun 2009 itu akan berulang pada tahun 2024. Tentunya, dengan konsep yang berbeda.
Melihat jiwa Prabowo yang tahan banting dan pantang menyerah, bisa saja ia akan kembali jadi calon presiden pada pemilihan selanjutnya.Â
Berbeda dengan Megawati yang sudah memposisikan dirinya sebagai King Maker, tentunya dia akan menyodorkan nama lain yang dianggap layak mendampingi Prabowo.
Politik Transaksional
Dalam perpolitikan dikenal dengan istilah Politik transaksional. Transaksi ini bisa terjadi saat pertemuan Prabowo dengan Jokowi di MRT Lebak bulus paska penetapan Pilpres. Tujuan lainnya adalah meredam memanasnya dua kubu simpatisan mereka.
Barangkali juga ada deal-deal tertentu, untuk masa depan kedua partai tersebut. Untuk saat ini yang sudah terlihat jelas adalah, dengan bergabungnya dua orang politikus dari Partai Gerindra, sebagai menteri dalam pemerintahan preseden Jokowi.
Dalam pertemuan tersebut dan pertemuan penting lainnya ada pembahasan, ada kemungkinan akan diusungnya Prabowo sebagai calon presiden pada Pilpres tahun 2024.
Lalu PDI-P dapat apa?
Tidak terlalu sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kemungkinan besar, mereka menyodorkan Puan Maharani sebagai Calon Wakil presiden. Sekaligus menjawab kelanjutan masa depan arah 'dinasti' Soekarno paska Megawati.
Ini hanya penerawangan saya. Jangan terlalu diambil pusing atau terlalu serius. Apalagi sampai baperan. Toh, setiap orang boleh mengungkapkan atau memprediksi apapun, selama itu masih dalam koridor etika yang baik tanpa mencaci maupun merendahkan orang lain.
Semoga ke depan kita mendapatkan pemimpin yang lebih visioner dan memihak pada rakyat. Wallahu a'lam....
Banda Aceh, 16 Agustu 2020
Moehib Aifa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H