Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kereta Api Terakhir

15 Juli 2020   18:46 Diperbarui: 18 Juli 2020   23:06 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerbong kereta api tua berbalut semak belukar, Sisa-sisa Rel tua itu, stasiun yang tak bertuan, Kala itu stasiun disasaki penumpang, Sebagai satu-satunya harapan menuju tujuan

Dulunya di stasiun itu kau berjanji, Untuk bertemu denganku pertama kalinya, Stasiun itu mengantarkan cintaku padamu, Tak mungkin aku melupakan kenangan itu.

Kerata api terakhir dari Koeta Raja, Mengantarkanku pada pertemuan manis, Denganmu dara Jelita bermata coklat, Selaksa kenangan yang tak lekang dari ingatanku, Padamu istriku yang telah mendahuluiku

Hari ini aku kestasiun itu lagi, untuk kesekian kalinya, Hanya sekedar merawat ingatanku tentangmu, Dibawah langit jingga aku kembali membaca "Kereta Api Koeta Raja 1874 s.d 1982"

Banda Aceh, 15 Juli 2020

Moehib Aifa : Mengenang Kerata Api Aceh yang pernah berjaya dimasanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun