Mohon tunggu...
moegoen
moegoen Mohon Tunggu... lainnya -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revolusi Mental, Mulai dari Mana?

13 Mei 2014   18:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:33 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik sekali memahami ide Pak Jokowi meski penulisannya diselesaikan oleh timnya.

Kemajuan dan kesuksesan memang sangat menuntut knowledge dan skill yang mumpuni namun hal ini belumlah cukup karena masih diperlukan attitude yang tepat dalam mengelola dua hal tersebut, seperti yang diungkap oleh Bong Chandra dan Stephen Covey. Ketiga faktor tersebut jika diterapkan dengan tepat dalam menghadapi pekerjaan dan kondisi apapun akan menghasilkan kemajuan yang permanen, kompetisi yang sehat, kelegaan diri, pasrah dan bisa menerima kondisi yang diluar ekspektasi dengan tangan terbuka.

Mari kota lihat kondisi disekitar kita, sebagai contoh kita lihat kondisi masyarakat di jalanan, dari peraturan yang telah diterapkan bagi kebaikan bersama semisal larangan merokok maupun larangan masuk jalur busway tidak banyak ditaati oleh masyarakat, meskipun telah ada aturan yang mengaturnya. Saat aturan tersebut mulai diterapkan, maka seluruh masyarakat akan sigap untuk menaatinya disaat petugas juga turut mengawasi dan menegakkan, namun begitu sudah jalan dan petugas beringsut kembali ke kantor maka ketidakberesan mulai muncul, mulai tengok kiri-kanan, begitu 'aman' maka sukseslah pelanggaran itu.

Banyak yang berkomentar, jika masyarakat Indonesia pergi ke luar negeri, maka mereka akan larut dalam ketertiban dan keteraturan, baik dari antrian maupun tata cara bermasyarakat lainnya. Namun begitu kembali, mereka tidak mempraktekkan dan bertahan dalam keteraturan tersebut tetapi malah larut dalam kekacuan yang ada di depan mata.

Dalam tulisan Pak Jokowi dinyatakan bahwa revolusi mental di mulai dari diri sendiri dan lingkungannya, apakah sebegitu mudahnya seperti itu saja? Pasti diperlukan juga perangkat pendukung dan prasarana lainnya, mengingat kondisi masyarakat seperti contoh diatas.

Diperlukan atmosfir lingkungan yang mendukung agar revoluasi mental dapat dilaksanakan. Jikapun di lingkungan kita sudah menerapkan dan masuk ke lingkungan yang tidak menghormati perilaku yang positif tentu akan mendemotivasi niat dan jikalau hak asasi kita bahkan tidak dihormati oleh mereka dengan cara yang tidak beretika maka ada pemberontakan dan polusi yang mempengaruhi mental dan bahkan dapat melunturkan semangat, karena apa yang sudah dibangun dilingkungan yang paling kecil tidak dihormati dan dihargai di lingkungan yang lebih besar.

Untuk itu diperlukan komitmen nasional dan penegakan yang terus menerus untuk penegakan sikap dan etika yang baik dengan sanksi sosial yang dilegalkan dalam aturan. Demikian juga didetailkan dalam aturan di tiap daerah dan tiap bidang kehidupan agar dapat membudaya dan menjadi suatu keteraturan yang positif.

(just my opinion)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun