Mohon tunggu...
Moeflich Hasbullah
Moeflich Hasbullah Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Refleksi

Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Bandung. email: moeflich@uinsgd.ac.id. Blog: moeflich.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tesis-tesis tentang Terorisme

23 November 2013   22:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:45 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akankah gerakan terorisme berakhir? Tidak ada tanda-tanda mengarah kesitu. Sebagai salah satu bentuk ekspresi dari potensi radikal manusia, selama masih ada kesewenang-wenangan kekuasaan, dominasi represif, ketidakpuasan atas ketidakadilan sosial dan rasa frustrasi atas aspirasi-aspirasi yang terhambat, terorisme tidak akan hilang. Terorisme pun multiwajah dari yang sederhana hingga yang kolosal. Banyak akar, latar dan altar yang memproduksinya, tapi yang sering muncul adalah pandangan simplifikasi. Diantara simplifikasi adalah pengkaitannya dengan agama karena memang agama, kata Marx dan Engles adalah saluran ideologi yang paling ekstrem. Tapi pengkaitan ini tidak selalu akurat mengingat persoalan terorisme sesunggugnya sangat kompleks. Konteks terorisme pun beragam. Paling tidak ada lima tipe terorisme yang bisa dikenali.

Pertama, Terorisme Jihad

Terorisme yang dilakukan sekelompok orang yang berfaham ekstrem baik dalam Islam, Kristen atau Hindu. Dalam setiap agama, selalu ada sekelompok minoritas yang memandang segala sesuatu secara hitam putih dan menyatakan aspirasi dan keinginannya tanpa kompromi. Siapa saja yang “mengancam” agamanya dipandang kafir dan musuh. Mereka memiliki sejumlah argumen tapi hanya berlaku dan dihayati oleh kelompok mereka sendiri sesuai pengalaman yang mereka hayati dan persepsikan. Gerakan terorisme ini dipersiapkan dan dimaksudkan sebagai perlawanan terhadap musuh-musuh Tuhan. Mereka melakukan aksinya semata-mata sebagai jihadmembela Tuhan dan agama” yang mereka yakini. Dasar dan tujuan mereka adalah agama, tapi agama yang difahami secara sempit dan dikemas menjadi ideologi perlawanan yang berwatak radikal. Namun demikian, aktifis terorisme jihad tidak berarti kurang pendidikan atau pendidikannya rendah, sebagian dari mereka adalah orang-orang pintar bahkan cerdas tapi frustrasi oleh hegemoni sosial politik budaya sekuler-hedonis dan menyerang dan membuat mereka tidak berdaya. Kelompok bom Bali Imam Samudra, Amrozi, Ali Ghufran, Mukhlas serta kelompok kecil serupa yang melakukan aksi teror yang dihayatinya sebagai jihad.

Kedua, Terorisme Intelijen

Ini adalah terorisme yang diciptakan (created terrorism)oleh sebuah rezim penguasa. Tujuannya paling tidak ada tiga: Pertama, mempertahankan kekuasaan. Kedua, melemahkan musuh dan ketiga, pengalihan isu. Pemerintahan yang sedang berkuasa sering tidak tahan mengalami hujatan dan kritik terus-menerus dari musuh politik atau masyarakat dan warga negaranya yang kecewa oleh berbagai persoalan yang membuat mereka frustrasi. Dengan pengalihan isu, sorotan atas pemerintahannya berkurang dan perhatian masyarakat pun berpindah ke isu-isu lain yang diciptakannya. Bila perlawanan semakin kuat, geraran teror pun diciptakan. Terorisme ini adalah bentukan intelijen. Di luar negeri, CIA, KGB, Mossad adalah badan-badan intelijen sudah banyak memproduksi terorisme intelijen. Korbannya sudah banyak. Di Indonesia, sejak Badan Pusat Intelijen (BIP) tahun 1959, Komando Intelijen Negara (KIN) tahun 1966, kemudian Kobkamtib, Laksus, Bakorstanas hingga Bakin/BIN juga pernah beraksi dengan terorisme intelijennya. Badan-badan intelijen piawai dalam menciptakan rekayasa. Bila tertangkap, pelakunya misteri dan tidak diketahui akhir ceritanya. Bila dipenjara tidak diketahui dimana tempatnya, bila mati tidak diketahui dimana kuburannya.Kasus penembakan misterius (petrus) tahun 1980an, kasus Priok tahun 1984, penculikan para aktifis mahasiwa dan pembunuhan Munir adalah contoh-contoh dari terorisme inteligen zaman Orde Baru.

Ketiga, Terorisme Psikopat

Terorisme yang dilakukan oleh sekelompok orang abnormal dan tidak waras. Mereka adalah orang-orang yang mengidap psikopat yang mengalami sakit mental dan gangguan jiwa, tapi penampilan dan gayanya kadang memikat dan meyakinkan. Keonaran yang dilakukannya hanyalah ekspresi abnormalitasnya, tidak ada kaitannya dengan kekecewaan sosial politik apalagi cita-cita luhur, protes pada ketidakadilan atau menegakkan idealisme. Kalaupun ada kaitan dengan agama tapi agama yang difahaminya secara tidak wajar, bertentangan dengan akal sehat. Mereka memiliki imajinasi-imajinasi yang aneh, yang bertabrakan dengan common sense.Seorang psikopat lunak tindakannya hanya mengancam, mengganggu dan melakukan kekerasan fisik pada individu, tapi psikopat yang agresif bisa melakukan teror yang menyebabkan korban massal. Tujuan psikopat umumnya adalahbalas dendam, egoisme, mencari sensasi termasuk karena cinta yang ditolak. Mereka bisa bertindak kejam dan sadis. Contoh terorist psikopat ini banyak. James Holmes, pelaku penembakan yang menewaskan 12 orang dan mencederai 38 orang, saat pemutaran Film Batman 'The Dark Knight Rises' di Denver, Colorado, Amerika Serikat, disebut FBI sebagai seorang teroris psikopat.Illich Ramirez Sanchez, popular disebut Carlos, orang kayadari Venezuela yang meninggalkan kemewahan dan mati-matian berkiprah dalam dunia terorisme, dikenal juga sebagai teroris psikopat, Pepi, tersangka bom buku dan teror bom di Gereja Christ Catedral Serpong, disebut sebagai psikopat yang mencari kepuasan sendiri dengan menebar teror di masyarakat.Gejala psikopat bisa jadi diklaimkan pada semua teroris, termasuk Hitler dan Osama bin Laden, tapi kepastian psikopat adalah hasil dari pemeriksaan para psikiater.

Empat, Terorisme Konflik

Terorisme yang muncul dari konflik sosial masyarakat atau antar negara. Dua kelompok atau lebih berkonflik kemudian melakukan geraka-gerakan teror untuk melemahkan lawannya, memenangkan nafsu kekuasaan kelompok dan mencapai tujuan-tujuannya. Pada level masyarakat, jenis terorisme ini adalah penindasan sebuah kelompok atas kelompok lain, ancaman oleh kelompok preman, penindasan oleh gank termasuk tawuran masyarakat. Pada level negara adalah massacre (pembunuhan massal), pembantaian danethnic cleansing (pembersihan etnis) yang tujuannya pemusnahan generasi. Sejarah Eropa mencatat peristiwa Holocaust (1942-1945). Adolf Hitler membasmi kaum Yahudi dalam sebuah kamp konsentrasi dengan semprotan gas beracun dalam sebuah ruangan pengap. Enam juta orang Yahudi meregang nyawa secara massal. Kemudian terorisme Zionis Israel pada bangsa Palestina yang sudah berlangsung lebih lebih dari 60 tahun. Ribuan penduduk sipil Palestina (termasuk anak-anak dan perempuan) tewas, cacat tubuh dan menderira trauma psikhis sejak kecil hingga dewasa.Terorisme negara Serbia pada masyarakat Bosnia Herzegovina di Asia Tengah di bawah Jenderal Slobodan Milosevic yang melakukan ethnic cleansing (pembersihan etnis) dengan pembunuhan danmass rape (perkosaan massal).

Lima, Terorisme Legal

Terorisme yang dilakukan sebuah negara kepada kedaulatan negara lain dengan dukungan negara-negara beradab dengan atau tanpa pengesahan PBB. Tujuannya menggempur sebuah kelompok ekstrim-radikal atau menggulingkan pemerintahan despotik-otoriter di sebuah negara, tapi korbannya adalah masyarakat sipil. Korban sipil ini bukan sebuah kesalahan dan tidak menjadi penyesalan. Sering, terorisme jenis ini dilakukan atas nama cita-cita luhur seperti penegakkan demokrasi, menciptakan rasa aman atau bantuan stabilitas politik. Amerika Serikat adalah yang paling aktif melakukan terorisme legal dengan dukungan negara-negara beradab lainnya seperti Inggris, Perancis dan Australia. Korbannya pun sudah banyak dari jatuhnya banyak pemerintahan, ambruknya sistem sosial negara lain serta tewasnya ribuan sipil tak berdosa.Pemerintahan Taliban digulingkan oleh Amerika Serikat karena dituduh melindungi pemimpinAl QaedaOsama Bin Laden yang juga dituduh Washington mendalangi serangan terhadap menara kembar WTC, New York pada tanggal 11 September 2001. Pemerintah Irak digulingkan Amerika dan Presiden Saddam Hussein dibunuh sementara tuduhan produksi senjata pemusnah massal yang dibuat Irak tidak pernah terbukti. Presiden Libya, Moammar Khaddafi tewas dalam serangan tentara Amerika. Bersama Isreal, belakangan Amerika pun sedang mengincar untuk penggulingan pemerintah Iran tapi mengalami kesulitan dan mikir dua kali karena tidak mendapat suara di PBB juga menghitung resiko dan kerugiannya.

Semua jenis terorisme ini semakin telanjang dan menjadi tontonan warga dunia. Dunia semakin maju tapi sekaligus keadaban hilang. Teror masih saja menjadi salah satu cara mengekspresikan radikalitas manusia, dari individu higgga pemerintahan sebuah negara demi mempertahankan nafsu kekuasaan. Selama masih ada konflik dan permusuhan, perebutan dan persaingan kekuasaan, juga ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan ketertindasan sebagian manusia oleh manusia yang berkuasa, terorisme masih akan tetap lestari. Selama nafsu politik dan hedonisme kekuasaan menjadi daulat dan persembahan, terorisme akan tetap abadi. Wallahu ‘alam[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun