Mohon tunggu...
Moedja Adzim
Moedja Adzim Mohon Tunggu... -

fakir pandir yang berpikir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

tanya hatimu..

9 September 2010   06:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:20 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

gema semakin bergema dan membahana.kalimat takbir yang keluar dari pengeras suara. dan kita yang sumringah dengan adanya kita. sedangkan mereka sesak dengan kalimat iba.

padat merayap hingar bingar menderu kendaraan. teronggok terlupakan mengais di pinggir jalanan. berkaca-kaca mata mereka namun tak ada tangisan. sebab terlalu sering menangis di dingin malam.

senyum getir tanda hati miris paksa. peduli setan menoleh pun tidak, memalingkan muka. kafilah berlalu padahal keras anjing menyalak kata. pergi sajalah sana, mungkin surga enggan melihat durja.

berkawan kemewahan, melentikan jari hidangan pun datang. tak habis bersisa, kucing majikan lebih layak untuk makan. putihnya susu di gelas, bak hitam kopi tergenang. tak pernah rela dengan hilangnya barang demi orang senang.

pejamkan mata, cambuk hatimu. berhela nafas dan kini buka matamu. apakah muram harinya dirasa oleh kecilnya hatimu? renunglah dalam relung didalam kalbu.

gema semakin bergema dan membahana. berulang masa namun tak berganti tentang adanya.

goblok nian seorang juragan. babunya tak rasakan nikmat lebaran.

gema tangis mereka melebihi takbir lebaran. namun tak pernah terdengar oleh kita kawan. (karena kita "sengaja" menutup telinga)

parung, 4 jam setelah adzan subuh. hari terakhir di bulan Ramadhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun