Seperti yang kau Ingini
Jihan dan Jana adalah dua kembar yang hadir dalam keluarga Pak Fabio, mereka dilahirkan kembar tapi karena suatu keterbatasan yang dimiliki oleh Jana sehingga membuatnya kesepian, hidupnya hanya ditemani oleh sebuah kursi roda, kemanapun ia pergi, dan dimanapun ia berada, Â berbeda dengan saudara kembarnya Jihan yang selalu ceria segala harinya diisi dengan aktivasi bahkan segala bakat yang dimilikinya dikembangkan dan semua yang dibutuhkan selalu dipenuhi oleh orang tuanya. Bukan Karena orangtuanya lebih menyayangi saudara kembarnya, tapi karena ia tak mungkin bisa lakukan seperti apa yang dilakukan oleh saudara kembarnya itu. Hal itu membuat Jana merasa terabaikan, kesepian, bahkan membenci saudara kembarnya.Â
Jihan yang memiliki banyak bakat, selain pintar dia juga kini menjadi seorang penyanyi terkenal yang selalu diundang diacara Televisi, membuat dia semakin terkenal, menjadi aktris dan bersekolah pada sekolahan elite di kotanya. Sedangkan Jana harus mengurung diri dikamar, ditemani kursi rodanya, dan juga ia disekolahkan disekolahan Luar Biasa dan bergabung bersama anak-anak tunanetra, dan tunarunggu lainnya.Â
Membuatnya merasa minder dengan saudaranya sehingga terciptalah sebuah jarak antara Jana dan Jihan begitu jauh bagai bagai langit dan bumi. "Jan.. Jana".. Panggil Jihan ke Jana, ketika pulang dari acara Televisi, Jana yang melihatnya tanpa menjawab, ia yang ingin keluar ketaman tiba-tiba menurungkan niatnya, membalik kursi rodanya masuk lagi kekamarnya. Itulah yang selalu dilakukan jika Jihan ada dirumah atau Jihan ingin berbicara dengannya ia selalu menolak dan menghindar, bahkan suara dan senyumnya solah-olah hilang dari keluarga itu.Â
Jihan yang mengetahui kalau saudara kembarnya membencinya ia tidak bisa berbuat apa-apa, mau menyalahkan pun tak mungkin karena keterbatasan yang dimiliki saudara kembarnya.Setiap hari Jihan selalu menawarkan untuk membawanya keluar rumah, tetapi Jana menolaknya,bahkan Jihan mau memegang atau membantu mendorong kursi rodanya saja ia tak mau.
"Jan.. Jana, ayo ketaman yuk"..! Ajak Jihan ke Jana yang mengetahui kalau Jana ingin Ke taman, namun Jana tak menghiraukan ajakan itu dan langsung memutar kursi rodanya dan masuk kamar membanting pintunya dan mengunci dirinya dalam kamar. "Jan.. Jana ayo kita ketaman, kita jalan-jalan yuk, aku masuk ya.. Boleh nggak aku masuk..! Bolehkan"..? Jihan bagai berbicara dengan kamar kosong tanpa suara apapun yang muncul dari arah dalam kamar, Jihan mencoba mendorong pintu namun telah dikunci oleh Jana dari dalam.Â
Jihan terduduk dipintu kamar saudara kembarnya dan menangis bersedih karena sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama seperti saudaranya itu, kesepian, minder ketika tetangga mencibirnya, karena keadaan saudaranya namun ia makin terkenal dan kini menjadi aktris populer. Jan...Jan.. Janaa.. Kalau aku salah please maafin aku ya..! Bujuk Jihan yang tak mengerti apa yang salah dengan dirinya.
Udah Han.. Nggak usah Ngiba.. Kejar aja terus segala mimpimu hingga semuanya kamu dapat.. Biarkan saja aku begini, toh ini sudah takdir aku... Tapi Jan.. Apa.. Hah.. udalah kamu senangkan.. Keadaannya seperti ini, iyakan.. Bukan begitu Jan... Aku.. Aku.. Udahlah Han.. Kamu tahu nggak segala hari ini, bahkan sudah empat belas tahun semua hanya tentang kamu Han.. Tentang kamuuuuu... dari segala hari nggak pernah buat aku..Â
Bahkan satu hari saja nggak ada... Jan.. maafin aku... Keduanya menangis bersedih, Jihan yang berada diluar kamar sedangkan Jana mengunci dirinya dalam kamar... Pak Fabio dan Bu Cahya yang dari tadi menyaksikan keduanya hanya bisa terdiam tanpa berkata apapun karena merasa bersalah ke Jana juga, namun melihat Jihan yang mencoba tegar dan ingin selalu dekat dengan saudaranya membuat mereka merasa iba ke Jihan, ayo bangun nak... Bu Cahya medekati Jihan dan menariknya berdiri karena Jihan yang dari tadi terduduk dan bersandar dipintu kamar saudaranya dan berharap agar pintu dibukakan untuknya... Tapi bu... Udahlah. .Jana pengen sendiri jangan diganggu dulu ya.. Nak.. Tapi bu.. Iya ibu mengerti tapi berikan dia waktu, mendengar kata ibunya ke Jihan dari dalam membuat Jana semakin panas, dan hatinya hancur karena dipikirnya, pasti bapak ataupun ibu akan memihak kepadanya, malah ibu menyuruh Jihan membiarkannya untuk sendiri..Â
Perlahan membuka pintu kamarnya dapati ibunya yang sedang memeluk saudaranya membuat hatinya hancur, dia langsung mendorong kursi rodanya pergi begitu saja tanpa mengabaikan keduanya yang masih duduk disana. Jana.. Jana.. mau kemana kamu.. Panggil ayahnya yang khwatir dengan keadaannya. Nak.. Ayahnya berlari mengejarnya yang memutar kursinya dengan kecepatan tinggi, Jana berhenti.. Jana mencoba melarikan dirinya dari rumah dan ayahnya baru dipintu dia sudah sampai dijalan membuat ayahnya mempercepat langkahnya agar melerai karena takut keserempet lalu lalangnya kendaraan yang begitu banyak... Brukkkkkkkk.... Nakkkkk.. Janaaaaa....Â
Teriak hiateris ayahnya mengagetkan Jihan yang ibunya yang masih didalam berlari menyusul Pak Fabio keluar... Janaaaaaaaaaaaa........... Teriak ibu dan Jihan secara bersamaan yang melihat keadaan Jana yang sekarat dijalanan karena keserempet mobil, Jana dilarikan kerumah sakit, dia mengalami gagal ginjal dan matanya buta karena benturan keras dikepala dan punggungnya. Membuat Pak Fabio, bu Cahya dan juga Jihan benar-benar syok dan sangat terpukul mendengar apa yang dikatakan dokter... Tapi dok.. saudra aku bisa sembuh kan dok.. tanya Jihan yang tak tega melihat saudara kembarnya harus mengalami penderitaan bertubi-tubi. iya Jana akan sembuh jika ada yang mendonorkan mata dan ginjal untuknya, sepertinya setelah ini ia akan sembuh dari cacatnya juga. Benar dok.. Tanya Jihan antara haru dan kurang percaya dengan semua itu, namun sedikit lega baginya juga ketika mendengar kalau saudaranya akan sembuh dan jadi manusia normal seperti dirinya, membuatnya menjadi kuat lagi. Kita doakan saja nak.. Kata dokter tidak menjamin katanya tadi. Demi kesembuhan Jana mereka melakukan apa saja untuk Jana.