Peran Ekonomi Keuangan Hijau untuk Mewujudkan Ekonomi Berkelanjutan
Kala itu, senja hampir berlalu Natha menangis, beriring berlalunya senja yang perlahan menghilang. Entah apa yang salah, atau mungkin nasib telah memaksanya pasrah. Oleh teman sebayanya di "kota", julukan anak dusun miskin ditempel tepat di dahinya. Atau adapula, yang ringan, menyebut Natha itu anak hutan. Beban? Tentu dan sangat berat bagi dirinya. Bagi seorang gadis beranjak dewasa seperti Natha, yang masih hanya bisa diam dan menangis.
Sepenggal paragraf di atas bukan merupakan karangan fiksi atau cuplikan narasi dari sebuah drama, melainkan kejadian nyata dari anak perempuan asal Dusun Oenaek. Sebuah dusun di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang mungkin namanya baru pertama terdengar di telinga rekan-rekan pembaca.
Sisi Lain Si Dusun Miskin
Kabut tipis masih menggaris tanah kala saya, rekan-rekan dan beberapa ibu asal Oenaek mulai menjajaki tanah menuju hutan desa. Di antara rombongan, terdapat sosok yang sudah saya kenal. Dialah Hana Yolanda, seorang honorer perbankan yang juga nasabah setia dibank tempat ia mengais rezeki. Keberadaan saya di Dusun Oenaek, tentu bukan tanpa alasan. Saya mengikuti acara Sosialisasi. Sosialisasi dari sebuah PT yang ingin membangun sebuah Tambang dan juga perkantoran yang bekerja sama dengan pihak bank sebagai anggaran pembangunan yang mengutamakan pemunuhan berkelanjutan dalam penyaluran kredit atau kegiatan operasionalnya, yang salah satu rekan banknya adalah Hana teman saya sendiri.
Dusun Oenaek, yang merupakan salah satu dari rangkaian upaya Mbak Hana dan rekan sejawat menjawab permasalahan di dusun miskin tersebut.
Berkilas ke belakang, perbincangan saya bermula ketika waktu rehat tiba. Dipayungi pohon Akasia, obrolan saya dan Mbak Hana mulai bergulat seru. "Mbak Hana melihat Oenaek ini seperti apa?" tanya saya.
"Awalnya diajak teman yang bilang kalau dusun ini dusun miskin, warganya ingin berkembang," jawab Mbak Hana sambil selonjor di bilik pohon.
Lebih lanjut, ia bercerita ketika sampai di Dusun Oenaek, ekspektasi awal dari sebuah dusun miskin justru terpental jauh dari benaknya. Apa yang ia lihat di Oenaek adalah sebuah wilayah dengan kekayaan alam hayati dan bahan pangan liar yang sangat beragam."Surga" ketahanan pangan nampaknya. "Apa yang dikatakan orang lain tentang Oenaek itu desa miskin, ternyata salah besar, di sana kaya.
Beban Menanggung Dusun miskin
Sambil memetik daun pegangan, Hana lanjut menjelaskan. Selain permasalahan kesehatan, pencemaram lingkungan, kesejahteraan masyarakat, Ekonomi Keuangan juga menjadi isu yang tidak bisa dianggap remeh.