Tak Kenal Maka Tak Sayang
karya : Modesta Seran Bouk
A. Tradisi Budaya
Budaya selalu menjadi ciri khas masyarat Indonesia, semua daerah memiliki ritual adat yang masih dipertahankan, dan di jaga kelestarianya. Meskipun zaman semakin maju dan teknologi berkembang pesat, bukan berarti warisan budaya nenek moyang dilupakan. Hal inilah yang dipegang teguh oleh masyarakat Kupang, Kupang yang dikenal lantaran keindahan alamnya masih memegang teguh dan melestarikan ritual adat hingga kini, Tak heran jika banyak wisatawan asing yang tertarik ingin menyaksikan ritual adat dan budaya kupang.
Beberapa ritual Kupang yang perlu diketahui antara lain sebagai berikut,
1. Ritual Reba
Ritual Reba merupakan adat yang digelar sebagai bentuk rasa syukur atas kesejahteraan yang diperoleh dari Tuhan Yang Maha Esa. Ritual adat ini dilakukan oleh suku Ngada yang mendiami Kupang. Dalam ritual ini warga akan menggunakan uwi, atau ubi sebagai simbol jiwa dari seluruh rangkaian kegiatan, konon, uwi merupakan bentuk jelmaan Dewi Langit yang turun ke bumi dan menjelma menjadi makanan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat Ngada.
Dalam proses upacara ini, tata cara yang digunakan hampir menyerupai misa agama kristen lantaran diisi oleh pemuka agama dan petinggi daerah setempat. Dalam pelaksanaannya ,setidaknya terdapat lima puluh warga suku Ngada. yang hadir untuk mengikuti upacara.
2. Upacara adat Weleng Wulung
Upacara Adat Weleng Wulung merupakan upacara yang dilakukan untuk menyambut datangnya Gerhana bulan. Masyarakat Kupang akan menyambut momen ini dengan suka cita, sebagai simbol kebahagiaan warga akan membunyikan gendang dan gong dirumah adat setempat secara bersamaan.
Sewaktu gendang dan gong dibunyikan, warga akan berkumpul dan mengikuti jalannya ritual adat. Menurut kepercayaan warga setempat gerhana bulan tidak akan mendatangkan bahaya, justru membawa rejeki dan berkah untuk masyarakat, oleh karena itu, kedatangan gerhana bulan disambut dengan tarian, musik dan nyanyian sebagai wujud rasa syukur.
3. Hel Keta
Hel Keta merupakan ritual adat khusus untuk pasangan yang hendak Menikah. Ritual ini dilakukan pada malam hari, menjelang pernikahan atau sebelum terjadi pemberkatan. Dalam ritual ini kedua mempelai wajibmengenakan pakaian adat khas Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan ritual adat Hel Keta ini, umumnya dilakukan di tengah jalan, antara rumah mempelai wanita dan mempelai pria. Hal ini, merupakan simbol bahwa kedua calon pengantin siap mengarungi bahtera rumah tangga. Biasanya, saat ritual adat berlangsung akan diadakan ritual penyembelihan ayam atau babi yang dibawa oleh mempelai pria. Uniknya, ritual adat Hel Keta hanya berlaku apabila pernikahan terjadi antara dua suku atau marga yang berbeda. Jika berasal dari suku/kampung dan marga yang sama maka ritual adat  Hel Keta tidak perlu diadakan.
4. Natoni atau Tradisi Lisan
Tradisi Natoni merupakan Tradisi Lisan tradisional yang berbentuk seni, yang dimiliki oleh suku Timor dan tersebar luas khususnya di Timor Tengah Utara (TTU), dan sebagian Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Natoni, pada hakekatnya dipahami sebagai ungkapan pesan yang dinyatakan dalam bentuk syair - syair khiasan adat yang dituturkan secara lisan oleh seorang penutur (Atonis), yang kemudian ditemani oleh sekelompok orang sebagai pendamping atau pengikut ( na he'en) yang ditujukan baik kepada manusai maupun kepada arwah orang mati atau Dewa. Natoni biasanya dituturkan dalam upacara adat (upacara adat perkawinan dan kematian) dan juga acara - acara seremonial lainnya. (misalnya saat penyambutan dan pelepasan tamu).
Secara garis besar kegiatan ini memiliki tujuan akhir untuk melestarikan budaya khususnya tradisi lisan yang ada dan berkembang di lingkungan masyarakat Nusa Tenggara Timur.
5. Tradisi budaya Salan tempel Hidung
Salam tempel hidung adalah Salam khas tradisi NTT yang memberikan salam saling menempelkan hidung kepada sang penerima salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H