Bukan bermaksud agar bridesmaids berlomba-lomba menjadi pusat perhatian di 'runway' pernikahan, tetapi, jangan lupa bahwa para sahabat ini juga individu yang memiliki gaya personal masing-masing. Mereka juga spesial.
Musik mengalun. Para undangan pun memalingkan wajah menuju pintu aula. Masuklah satu persatu wanita cantik dalam langkah anggun menuju altar. Parade ini diakhiri kehadiran pengantin bergaun putih dengan buket bunga di genggaman tangan bak finale sebuah peragaan busana.
Aksi demikian merupakan bagian prosesi pernikahan ala barat yang populer. Ketiadaan pengiring pengantin atau dikenal dengan istilah bridesmaids membuat acara terasa janggal. Menurut desainer Vera Wang, bridesmaids menjadi prelude atas kehadiran pengantin wanita yang dinantikan semua undangan.
Akan tetapi, eksistensi bridesmaids sering kali diperlakukan 'semena-mena'. Busana mereka lazimnya sudah ditentukan oleh pihak pengantin, baik dalam model maupun warna. Bahkan, umumnya mereka didandani sama persis. Mestikah busana para pendamping tampak monoton bagai dayang-dayang nan malang?
Bukan maksud menyarankan agar bridesmaids berlomba-lomba menjadi primadona di 'runway' tersebut. Hanya saja, busana bridesmaids yang seragam menenggelamkan karakter masing-masing. Mereka bukan sekedar panitia bachelorette party, lho. Mereka adalah sosok penting dalam kehidupan sang mempelai wanita.
Terlebih, umumnya bridesmaids itu lajang. Nah, tidakkah momen mengantarkan pengantin wanita menuju altar seyogyanya menjadi 'catwalk' kecil yang berfungsi ganda sebagai ajang promosi diri? Alangkah baiknya bila mereka dipresentasikan dalam gaun yang sesuai karakter masing-masing.
Maka dari itu, yuk pikir-pikir lagi tentang ide menyewa atau membuatkan busana yang identik bagi para lajang pendamping pengantin ini. Apabila sang calon mempelai wanita dimanjakan dengan gaun pernikahan impiannya, maka sebaiknya para gadis pengiring pun didandani dalam gaun yang tak kalah indah. Penampilan mereka sepatutnya menjadi komplimen terhadap sang pengantin tetapi tetap memancarkan pesona masing-masing.
Sebelum menyimak empat anjuran dalam mendandani bridesmaids, mulailah dengan berpedoman pada satu panduan dasar yang sangat penting dalam berbusana; harmoni. Saat merencanakan gaun pernikahan, calon pengantin juga harus mempertimbangkan gaun yang dikenakan para sahabat. Idealnya, mereka diikutsertakan dalam memilih gaun. Gaun pengantin dan bridesmaids seyogyanya terlihat sebagai suatu komposisi estetis di mana pengantin menjadi centerpiece.
Anjuran 1: Potongan Gaun Bridesmaids Itu Bebas tapi Serasi
Salah satu tips praktis dalam mendandani bridesmaids bisa dengan mengikuti cara Lauren Santo Domingo, salah seorang sosialita dan kontributor mode majalah Vogue Amerika yang melangsungkan pernikahannya beberapa tahun lalu. Ia mengenakan gaun pengantin berbahan jacquard sepanjang 60 meter (!) yang dirancang khusus oleh Olivier Theysken.
Anjuran 2: Warna Gaun Bridesmaids Memancarkan Rona Kulit Mereka
Ini berhubungan dengan seasonal palette (sebuah teori yang mengatakan setiap manusia memiliki palet warnanya sendiri dari empat musim yang ada. Karena itu, bridesmaids harus mengenakan gaun dalam palet warna yang sesuai musim masing-masing. Dengan kata lain, warna gaun itu cocok dengan rona kulit pemakainya. Ketidaksesuaian akan menyebabkan penampilan yang pucat atau kusam. Pastikan kecantikan rona kulit terpancar melalui warna busana. Ini membuat kulit terlihat 'hidup' atau bercahaya.