Mohon tunggu...
MOCH YUSAK AFANDI
MOCH YUSAK AFANDI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang

Halo!! Saya adalah orang yang hampir setiap hari menggunakan sosial media. Dari Instagram, tiktok, X, dan sebagainya. Dengan itu, saya mulai tertarik tentang hal yang bersangkutan mengenai media sosial. Maka dari itu, saya mulai memperdalam pengetahuan saya di bidang sosial media. Tak hanya sosial media tetapi juga mengenai design dan juga fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sisi Gelap Relativisme Nilai yang Berlaku Secara Absolut kepada Semua Orang

17 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 17 Oktober 2024   18:07 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, pernahkah kalian berfikir bahwasanya masing masing dari diri kita mempunyai preferensi kita sendiri mengenai nilai nilai moral maupun etika ga si? Kalo iya, berarti kalian termasuk ke dalam jenis orang yang meyakini relativisme nilai. Karena relativisme nilai sendiri adalah sebuah pandangan filosofis yang menyatakan bahwasannya nilai nilai moral, etika atau bahkan kebenaran itu tidak bersifat universal. 

Menurut relativisme nilai ini, moral dan juga etika tidak bersifat absolut untuk semua orang. Melainkan nilai nilai tersebut berbeda beda sesuai dengan tradisi, kepercayaan, atau bahkan preferensi suatu kelompok atau entitas. Selain itu M Baghramain juga menyatakan bahwasannya "relativisme adalah klaim bahwa standar kebenaran, rasionalitas, dan etika yang benar dan salah sangat bervariasi antara budaya dan zaman Sejarah dan bahwa tidak ada kriteria universal untuk memutuskan di antara keduanya."

Berarti, relativisme nilai ini bisa berbeda beda tergantung pada apa yang menjadi dasar dari variasi variasi nilai tersebut. Entah itu dari sebuah budaya kah? atau dari sebuah opini individu? atau bahkan tidak semua orang harus punya pandangan tentang moral mereka? 

Dalam era globalisasi, pertukaran nilai nilai budaya semakin cepat. Sehingga relativisme nilai menghadapi permasalahan baru yakni terciptanya masyarakat yang bersifat multikultural. Relativisme nilai semakin sering dipertentangkan untuk menerapkan standar hak asasi manusia universal. Negara dan organisasi organisasi besar mulai mencoba menetapkan prinsip prinsip universal agar dapat diterapkan di semua budaya. 

Ketika relativisme nilai dilihat dari sebuah budaya, hal hal yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk, bergantung pada norma norma budaya dan Masyarakat tertentu yang dianut suatu masyarakat. Contohnya seperti mutilasi tubuh manusia, cara beribadah yang mungkin dianggap bermoral dalam satu budaya, tetapi dianggap tidak bermoral dalam budaya lain, pernikahan di bawah umur, atau bahkan aturan pernikahan yang bervariasi di seluruh dunia. Jenis relativisme yang satu ini juga dapat disebut sebagai cultural relativism atau relativisme budaya.

Dari beberapa contoh yang disebutkan pada relativisme budaya, dapat diketahui bahwa sebenarnya relativisme nilai ini dapat membawa dampak yang buruk. Ketika suatu budaya mempunya cara dan adat istiadat mereka sendiri mengenai suatu hal. Dan bila suatu saat nanti terjadi sebuah konflik antar budaya yang akhirnya menjadi permasalahan baru karena tidak dapat menemukan jalan tengah dari permasalahan tersebut. Karena budaya tersebut merasa memiliki standar moralnya sendiri maka permasalahan tersebut tidak akan dapat diselesaikan secara adil Ketika dua budaya dengan nilai moral yang berbeda saling bertentangan. 

Meskipun di beberapa situasi relativisme membawa dampak yang baik seperti adanya penolakan terhadap etnosentrisme. Etnosentrisme sendiri berarti kecenderungan untuk menganggap bahwasannya budaya sendiri sebagai budaya yang lebih unggul dari budaya yang lainnya. Relativisme nilai mendorong adanya toleransi antar budaya dengan menghindari penghakiman terhadap nilai nilai budaya lain berdasarkan standar moral dari budayanya sendiri. 

Dampak lainnya yang menurut saya lumayan menjadi permasalah yang besar adalah mengenai tindakan mereka yang tidak bisa dinormalisasikan secara moral. Mereka yang meyakini relativisme nilai ini tidak mengakui adanya nilai nilai moral universal. Dimana tindakan tindakan yang memang terbukti salah secara moral, tidak bisa di hukum karena di anggap relatif berdasarkan budaya tertentu. Dengan hal itu menjadikan perpecahan dan tidak terpecahkannya masalah dalam suatu hal. 

Tidak hanya itu, relativisme nilai juga dianggap sebagai penghalang bagi perubahan sosial. Ketika nilai nilai hanya bergantung pada budaya tertentu, tidak ada alasan moral yang kuat untuk mengubah praktik praktik yang tidak adil dalam sebuah budaya tersebut. Contohnya yakni perbudakan atau penindasan kepada perempuan perempuan. Hal ini terjadi karena nilai nilai itu dianggap sah dalam konteks budaya tersebut. 

Relativisme nilai seringkali dikaitkan dengan konsep toleransi, alasannya karena pandangan ini mendorong penghargaan terhadap perbedaan nilai nilai antar individu maupun antar budaya. Dalam perspektif relativisme nilai, kita lebih baik memahami nilai nilai mereka dalam konteks mereka sendiri, daripada menghakimi orang lain berdasarkan standar moral pribadi atau budaya kita sendiri.

 Namun, toleransi absolut juga membawa permasalahan baru yang menimbulkan kritik terhadap relativisme. Seperti, jika kita sepenuhnya menerima hal-hal yang dianggap tidak bermoral di budaya kita atas dasar toleransi budaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun