Mohon tunggu...
Moch Yunus Ali
Moch Yunus Ali Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Santri

Imam al-Gazali pernah berkata, "Jika kau bukan anak seorang raja atau ulama besar, maka menulislah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bapak Kitab Kuning Indonesia

27 Mei 2024   23:20 Diperbarui: 28 Mei 2024   06:33 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

               Nama lengkapnya adalah Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali bin Jamad bin Janta bin Masbuqil al-Jawi al-Bantani at-Tanari. Namun, beliau lebih akrab dikenal dengan panggilan Syekh Nawawi al-Bantani. Syekh Nawawi dilahirkan pada tahun 1230 H/1813 M dan wafat di Mekkah pada 1314 H/1897 M. Dalam muqoddimah salah satu kitab fenomenalnya yang bertajuk Nihayatuz Zain disebutkan, bahwa beliau merupakan orang asli Indonesia. Lebih tepatnya di Tanara, Tirtayasa, Serang, Banten. 

               Syekh Nawawi adalah putra sulung dari pasangan Kyai Umar dan Nyai Zubaidah. Ia mempunyai empat adik laki-laki dan tiga adik dua adik perempuan, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah, dan Sariyah. Dari jalur ayahnya, Syekh Nawawi tercatat masih keturunan ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati Cirebon. 

                Awal mulai menimba ilmu, Syekh Nawawi bersama adik-adiknya langsung diajari oleh ayahnya mendalami ilmu-ilmu dasar, seperti fikih, tauhi, tafsir, dab. Pada usia delapan tahun, ia bersama adiknya, Tamim dan Ahmad mulai berguru kepada KH Sahal, salah satu ulama terkemuka di Banten. Kemudian melanjutkan studinya kepada Raden H. Yusuf di Purwakarta. 

               Pada usianya yang ke 15 tahun, Syekh Nawawi berangkat ke Makkah untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima, menunaikan ibadah haji. Karena kegigihan dan kehausannya dalam mencari ilmu, Syekh Nawawi kecil akhirnya memutuskan untuk melanjutkan rihlah ilmiahnya kepada ulama-ulama Makkah dan bermukim di sana. 

               Bertahun-tahun menimba ilmu di Makkah, kealiman Syekh Nawawi mulai tampak dan diakui oleh tokoh-tokoh terkemuka, sampai akhirnya ia diangkat menjadi salah satu pengajar tetap di Makkah. Bahkan, karena kejeniusannya dan produktif dalam mengarang karya-karya ilmiah, ia dapat mencapai posisi intelektual terkemuka di Timur Tengah dan mendapatkan gelar Sayyidul Hijaz (penghulu tanah Hijaz). 

               Menurut sebagian informasi, karya-karya Syekh Nawawi tidak kurang dari 99, baik yang berupa buku maupun risalah. Bahkan ada yang mengatakan karangan beliau lebih dari 115 buah. Kitab-kitab tersebut banyak tersebar di penjuru dunia, terutama di Indonesia. Tidak jarang kitab-kitab Syekh Nawawi menjadi rujukan dalam berbagai problematika kekinian. Oleh karena itu, nama Syekh Nawawi dijuluki sebagai bapak Kitab kuning Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun