"Kalian tinggalkan aku?"
        Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka "Rafadhtumuuni."
        Pencetus paham Syiah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shan'a) yang bernama Abdullah bin Saba' al-Himyari. Ia adalah seorang agen Yahudi yang disusupkan di tengah-tengah umat Islam oleh orang-orang Yahudi untuk merusak tatanan agama dan masyarakat muslim. Awal kemunculannya adalah akhir masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan. Kemudian berlanjut di masa kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan kedok keislaman, semangat amar ma'ruf nahi mungkar, dan bertopengkan tanassuk (giat beribadah) yang ia kemas sebagai misi jahatnya.
        Menurut Abdullah bin Saba', Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman telah mengambil alih kedudukan Ali sebagai pengganti Rasulullah. Dalam Majmu' Fatawa, Abdullah bin Saba' menampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma'shum (terjaga dari segala dosa).
         Selain ideologi sesat yang ditebarkan di tengah-tengah umat, Abdullah bin Saba' juga menjadi cikal-bakal gerakan provokasi massa yang dilakukan untuk menggulingkan Khalifah Utsman bin Affan. Akibatnya, sang Khalifah terbunuh dalam keadaan terzalimi dan silang pendapat di antara para shahabat pun terjadi.
Kemiripan Syiah dengan Yahudi
        Sesuai dengan pendirinya yang berasal dari agama Yahudi, Syiah memiliki beberapa ideologi yang mirip dengan Yahudi. Imam Ibnu Taimiyah, dalam kitab Minhajus Sunnah an-Nabawiyah, berkata, "Orang-orang Yahudi berkata bahwa tidak boleh kekuasaan dipegang oleh selain keturunan Dawud. Demikian pula kaum Rafidhah (Syiah). Mereka mengatakan bahwa tidak boleh imamah (kepemimpinan) umat ini dipegang oleh selain keturunan Ali.
        Orang Yahudi berkata bahwa tidak ada jihad fi sabilillah kecuali setelah keluarnya al-Masih ad-Dajjal dan diturunkan pedang. Kaum Rafidhah pun mengatakan bahwa tidak ada jihad fi sabilillah kecuali setelah keluarnya Imam Mahdi dan terdengar seruan dari langit.
        Orang-orang Yahudi mengakhirkan shalat hingga bintang-bintang tampak. Maka begitu pula Rafidhah. Mereka mengakhirkan shalat Maghrib hingga bintang-bintang tampak. Padahal dalam hadits telah ditegaskan, "Umatku akan senantiasa berada di atas fithrah, selama mereka tidak mengakhirkan sholat Maghrib hingga tampaknya bintang-bintang." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
        Orang-orang Yahudi menyelewengkan ayat-ayat Taurat. Begitu pula kaum Rafidhah menyelewengkan ayat-ayat al-Quran. Yahudi memandang tidak dituntunkan mengusap khuf. Begitu pula Rafidhah memandang hal itu tidak diajarkan.
        Orang Yahudi membenci Jibril dan mengatakan, "Jibril adalah musuh kami dari kalangan malaikat." Begitu pula Rafidhah, mereka mengatakan, "Jibril salah menyampaikan wahyu kepada Muhammad."