Syiah menurut etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut seseorang. Sedangkan secara terminologi, Syiah bermakna kelompok yang fanatik kepada Ali bin Abi Thalib dan menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat, serta lebih berhak untuk menjadi khalifah kaum muslimin setelah wafatnya Rasulullah.
Menurut sejarawan, sekte ini mulai muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, setelah terjadinya tahkim oleh Amr bin al-Ash dan Abu Musa al-Asy'ari. Namun, mereka menyembunyikan pemahaman mereka dan tidak menampakkannya kepada Sayyidina Ali dan para pengikutnya. Saat itu mereka terbagi menjadi tiga golongan:
Pertama, golongan yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte ini Ali membakar mereka dan membuat parit-parit di depan pintu masjid Bani Kandah untuk membakar mereka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia mengatakan, "Suatu ketika Ali memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah yang menuhankan Ali). Andaikan aku yang melakukannya, aku tidak akan membakar mereka karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah (dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal batang leher mereka, karena Nabi Muhammad bersabda:
مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْ
"Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah." (HR. Bukhari)
Kedua, golongan Sabbah (pencela) yang dipimpin oleh Abu Sauda (Abdullah bin Saba'). Mereka mencela Abu Bakar, Umar, dan Shahabat lain. Ada yang mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri.
Ketiga, golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar. Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi Muhammad, bahwa beliau bersabda:
خَيْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا أَبُوْبَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ
"Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar dan Umar." (HR. Bukhari Muslim)
Dalam sejarah, syiah terpecah menjadi lima sekte yang utama, yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat dan Ismailliyah. Dari kelima sekte tersebut lahir sekian banyak cabang-cabang sekte lainnya.
Namun, dari kelima sekte tersebut, yang tetap updet dari hulu ke hilir untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin adalah sekte Imamiyah. Dengan berbagai cara, kelompok ini terus berusaha menyebarkan berbagai macam kesesatannya, terlebih setelah berdirinya negara Syiah, Iran yang menggulingkan rezim Syah Reza Pahlevi.
Sebutan "Rafidhah" ini erat kaitannya dengan Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib dan para pengikutnya ketika memberontak kepada Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan di tahun 121 H. Syaikh Abul Hasan al-Asy'ari berkata, "Tatkala Zaid bin Ali muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai'atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakar dan Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka beliau pun mengatakan kepada mereka:
رَفَضْتُمُوْنِي؟