Mohon tunggu...
Moch Wingga N
Moch Wingga N Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I’m curious about our planet. Meet interesting people, challenge me, see amazing things, explore the world, and learn as much as a can! semua akun: @mochwingga dan blog: http://bit.ly/1nJdrEL

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lampu dari Gas? Jakarta Harus Punya!

20 Januari 2014   11:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih? Kok bisa? Bagaimana caranya? Semua pertanyaan tentang fenomena yang terjadi di alam semesta ini bisa dijawab dengan ilmu kimia karena semua benda di dunia merupakan zat kimia yang bisa kita tulis rumusan kimianya. So kita mulai! Sekarang saya mau menjelaskan tentang lampu halogen yang melebihi emas 24 karat.hhe Jadi lampu halogen itu terkenal dengan cahayanya yang sangat terang, jauh lebih terang dibandingkan dengan lampu biasa yang sering kita gunakan di rumah. Oleh karenanya, lampu ini biasa digunakan untuk acara di luar ruangan dan sering digunakan juga pada kendaraan bermotor. Tapi sebenarnya apa sih lampu halogen? Halogen kan sebutan unsur-unsur di golongan 17 (7A) pada tabel periodik yang terdiri dari florin (F), klorin (Cl), bromin (Br), iodin (I) dan astatin (At).

13902067552057561130
13902067552057561130
Kita mulai dari lampu pijar yang biasa kita lihat. Kaca pada lampu pijar biasanya terbuat dari lapisan silika tipis. Di bagian dalam dipenuhi oleh gas argon (Ar) atau nitrogen (N2), yang merupakan gas inert, dan terdapat kawat pijar, terbuat dari unsur tungsten (W), di bagian tengah. Saat dinyalakan, listrik akan memanaskan kawat pijar tersebut hingga suhunya mencapai 2500 derajat C, sehingga memancarkan cahaya. Setiap kali dinyalakan, tungsten mengalami evaporasi (penguapan), yaitu atom-atomnya lepas dari kawat pijar ke udara. Oleh karena itu, kapat pijar mengalami pengikisan, dan usia lampu berakhir ketika kawat pijar tersebut habis. Lampu halogen juga menggunakan kawat pijar tungsten, tapi bentuknya jauh lebih kecil sehingga jarak antara kawat pijar dan kaca lebih dekat. Oleh karena itu, untuk dapat menahan panas yang lebih besar, tidak lagi digunakan silika karena dapat meleleh, melainkan menggunakan material kwarsa. Gas halogen digunakan sebagai pengisi bagian dalam lampu, lebih spesifik lagi, hanya gas bromin dan iodin. Seperti yang telah saya tuliskan, kawat pijar akan mengalami evaporasi. Atom-atom yang lepas ke udara bereaksi kimia dengan gas halogen yang ada. Setelah lampu di matikan dan gas halogen mulai dingin, tungsten kembali lagi ke kawat pijar. Proses tersebut dikenal dengan nama siklus halogen. Proses tersebut dapat membuat kawat pijar lebih awet daripada lampu pijar biasa. Kelebihannya lagi, pada penggunaan selanjutnya kawat pijar dapat menjadi lebih panas lagi. Artinya, cahaya yang dihasilkan akan semakin terang.

13902065751535242501
13902065751535242501

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun