Perdebatan Seputar Ayat Mutasyabihat
Salah satu aspek dalam al-Quran yang sering memicu perdebatan adalah ayat-ayat mutasyabihat. Masalah teologi tersebut acap kali meruncing di antara aliran-aliran kalam yang ada di antara kaum muslimin.
Ayat-ayat sifat misalnya, secara umum umat Islam terbagi menjadi tiga cara dalam memahaminya. Mazhab pertama menetapkan sebagaimana makna tekstualnya, sehingga acapkali menisbatkan sifat-sifat makhluk, seperti bertempat, berpindah, serta beranggotakan badan kepada Allah SWT. Aliran ini dikenal sebagai golongan mujassimah atau antropomorphism.
Kelompok kedua cenderung mentakwil dan memahaminya dalam makna kiasan. Hal ini karena, menurut mereka, memaknai ayat-ayat tersebut apa adanya dapat menjerumuskan kepada tajsim dan tasybih. Cara pandang ini banyak dianut oleh ulama khalaf dan sebagian ulama salaf.
Cara pandang ketiga disebut tafwidh, yaitu menyerahkan ilmunya hanya kepada Allah SWT. Mereka tidak menetapkan sebagai makna tekstual, sekaligus tidak memahaminya secara majazi. Menurut kelompok ini, memaknai secara literal dapat menjerumuskan diri kepada paham tajsim, sedangkan mentakwilkannya dianggap sebgai mengatakan sesuatu mengenai sifat Allah SWT. dengan prasangka. Perspektif ini dapat dijumpai dalam sebagian besar generasi salaf, dan beberapa ulama khalaf. (Abdul Fattah al-Yafii, 2010, h. 182)
Salafi sebagai aliran yang mendaku sebagai pengikut salaf, mengutamakan penggunaan tafwidh dalam memahami ayat mutasyabihat. Akan tetapi, klaim salafi seringkali dibantah oleh sebagian ulama dan diberi label sebagai kelompok mujassimah. (Lihat Hasan bin Ali Al-Saqqaf, al-Salafiyah al-Wahabiyah, 2009)
Al-Syanqithi merupakan contoh dari salah seorang mufassir alim bermanhaj salafi. Karya-karya dan pemikirannya mendapat sanjungan dan pujian dari berbagai ulama. Kitab karangannya dalam bidang tafsir yang terkenal bernama "Adhwa' al-Bayan fi Idhah al-Quran". Terlebih beliau secara khusus telah mencatatkan pemikirannya dalam karyanya yang berjudul "Manhaj wa Dirasat li Ayat al-Asma' wa al-Sifat", sehingga pendirian beliau dapat diketahui secara terang benderang.
Biografi Ringkas Al-Syanqithi
Nama lengkap Al-Syanqithi adalah Muhammad al-Amin Ibn Muhammad al-Jakni al-Syanqithi. Ia lahir di daerah bernama Syanqith (Mauritania) pada tahun 1325 H/1897 M. Adapun penisbatan al-Jakni pada namanya berakar dari nama nenek moyang al-Syanqithi, yaitu Jakin al-Abar.
Al-Syanqithi pada awal studinya, menimba ilmu khat Ustmani dan tajwid dan kepada Syekh Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad al-Mukkhtar, saudara sepupunya sendiri. Ia telah hapal al-Quran pada usia 10 tahun di bawah pengawasan Syaikh Abdullah Ibn Muhammad al-Mukhtar, yang tidak lain adalah pamannya sendiri.
Setelah cukup lama meneguk pengetahuan kepada beberapa ulama terkenal di negerinya, al-Syanqithi kemudian melakukan rihlah ilmiyah ke Mekkah. Perjalanan yang semula ia niatkan untuk melakukan ibadah haji, kemudian berubah haluan akibat rasa dahaganya terhadap keluasan ilmu. Ia pun pergi ke Madinah al-Munawwarah untuk menempa diri di bawah bimbingan Syaikh Abdul Aziz Ibn Shalih dan Syaikh Abdullah al-Azim.Â
Beliau banyak belajar kitab-kitab fiqih dan pemikiran Ibn Taimiyah, sebelum akhirnya menjadi salah seorang pengajar tafsir di Masjid Nabawi. Beberapa murid al-Syanqithi yang terkenal adalah Syaikh Abdul Aziz Ibn Baz, Â Syaikh Atiyah Muhammad Salim, Syaikh Bakr Ibn Abdullah Abu Zaid, dan kedua putranya, Syaikh Abdullah dan Syaikh Muhammad al-Mukhtar.