Mohon tunggu...
Muhtarul Alif
Muhtarul Alif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Peneguk Manisnya Kalam Ilahi

Seorang mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir Institut PTIQ Jakarta Program Kader Ulama Masjid Istiqlal dan alumni Pesantren Pasca Tahfidz Bayt al-Quran PSQ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pendidik Tahfiz

2 Maret 2022   15:15 Diperbarui: 2 Maret 2022   15:22 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pesantren secara otomatis telah menjadi pengganti orang tua ketika orang tua tersebut memasrahkan anaknya kepada mereka. Pesantren harus berusaha sebisa mungkin untuk bisa bersikap layaknya bapak sekaligus ibu bagi semua santri.

Setiap santri harus bisa merasakan kasih sayang seorang ibu dari para pendidik. Setiap santri harus bisa merasakan hangatnya pelukan ibu dari para pendidik. Setiap santri harus bisa merasakan kehangatan bercengkrama dengan para pendidik. Oleh karena itu, para pendidik harus benar-benar mengayomi para santri.

3. Menerapkan disiplin pembagian waktu antara bermain dan menghapal

Pembagian waktu memerankan peran strategis dalam mengarahkan santri kepada tujuan. Pendidik harus bisa melatih kedisiplinan anak dengan memberikan porsi tepat antara murojaah hapalan, menambah hapalan serta waktu senggang santri untuk mengekspresikan kebebasannya. Khususunya bagi santri yang merangkap pendidikan formal di sekolah dasar, waktu menghapal dan murojaah haruslah jangan sampai terlalu membebani santri.

Sedikit tetapi konsisten merupakan pola yang tepat bagi para santri usia dini. Pendidik bisa menggilir waktu menambah hapalan dan murojaah, satu hari menyetor dan satu hari murojaah, atau bisa menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang sifatnya kondisional.

4. Menerapkan metode yang menyenangkan

Metode menyenangkan mampu memberikan tambahan energi bagi santri. Santri tetap merasakan kenyamanan kendati mendapatkan beban hapalan. Metode bisa dengan menempatkan khat-khat al-Quran di tempat yang mudah dijangkau oleh para santri.

Audio murottal juga dapat menambah kemudahan santri untuk menghapal sekaligus memperbaiki tajwid serta memperindah bacaan santri. Audio yang tepat hendaknya adalah audio bacaan anak, ini juga dapat memberi kesan bahwa merupakan suatu kebanggan bila seorang anak mampu menghapal al-Quran.

5. Komunikasi intens dengan orang tua

Komunikasi antara pendidik dan orang tua merupakan sesuatu hal yang penting terjalin demi mencapai kesuksesan pendidikan. Komunikasi intens dengan orang tua dalam memantau perkembangan anak selain membangun kepercayaan antar keduanya juga dapat memunculkan inspirasi-inspirasi baru yang membangun.

6. Memperlakukan santri sesuai karakter, kapasitas dan kebutuhan masing-masing

Setiap santri tentulah punya watak dan kemampuan yang berbeda-beda. Maka tugas pendidiklah untuk mengetahui kapasitas santri, potensi akalnya, kesukaannya, kesulitan yang menghambatnya dan cara paling efisien dalam menghapal.

7. Tidak membebankan pengawasan terlalu banyak santri kepada seorang pengawas

Salah satu hal yang paling sering menjadi penyebab kegagalan pendidik adalah karena terlalu banyaknya santri yang harus ia awasi. Maka demi mencapai pengawasan yang maksimal seorang pengawas haruslah intens terhadap beberapa santri saja. Seorang pendidik idealnya bisa mengawasi 3-7 santri saja.

8. Menguatkan prestasi atau perilkau positif santri dengan reward atau apresiasi

Apresiasi merupakan penguatan yang dapat menjaga suatu perilaku positif. Seorang pendidik haruslah sering memberikan apresiasi berupa pujian atau semisal senyuman ketika mendapati santri menaati peraturan dan sukses  menambah hapalan.

9. Menanamkan motivasi dan kebiasaan menjaga hapalan

Hal yang lebih penting daripada kuantitas hapalan adalah membiasakan diri santri untuk senantiasa meluangkan waktu untuk menjaga al-Quran, kebiasaan ini akan membuat santri merasakan kejanggalan ketika satu hari saja ia kehilangan waktu yang biasa ia luangkan untuk al-Quran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun