Mohon tunggu...
Moch Shidiq
Moch Shidiq Mohon Tunggu... Penulis - Pendidik di Klaten, penulis buku

Hobby Tenis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merajut Benang Merah untuk Harmonisasi Esemku Manis

18 April 2024   20:51 Diperbarui: 19 April 2024   00:11 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak ibu ketua darma wanita Esemku Manis juga hadir dalam merajut benang berah Esemku Manis (Foto:Dok/Diq)

Mengurai dan merajut benang merah, sebuah cara dan langkah yang tidak mudah. Namun kalau kita lakukan bersama maka akan dapat  menghasilkan sesuatu yang berharga. Merajut adalah tehnik mengubah benang rajut menjadi kain, busana atau benda-benda yang bernilai. Artinya, dengan halal bi halal kita saling sama-sama mengakui kesalahan dan memaafkan demi kehidupan ke depan lebih baik dan bermakna.

"Kalau kita itu sudah nol-nol, maka kehidupan kita akan harmonis," papar H. Moch. Isnaeni dalam tausiah Halal-Bi Halal keluarga besar SMPN 6 Klaten, di RM Mayar By Pas Klaten, Kamis (18/4). Menurutnya istilah halal bihalal yang banyak digunakan masyarakat Indonesia saat berkumpul dengan sanak saudara dan kerabat  hanya dikenal seusai perayaan Idul Fitri. 

Meskipun istilah tersebut, lanjut Sekretaris FKUB (Forum Kerukunan Umat beragama) Klaten,   mengandung unsur bahasa Arab, tetapi kata halal bihalal tidak ditemukan dalam kamus Arab modern maupun klasik.“Halal bihalal merupakan penyebutan khusus terhadap sebuah tradisi yang dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat muslim Indonesia, dengan makna mengurai kekusutan tali persaudaraan” katanya.

Dikatakan,  kata halal bihalal berasal dari  kata  halla-yahallu-hallan, dengan makna terurai atau terlepas. Begitu juga dengan keluarga Esemku Manis (Esempe Enem Kutho, Mandiri, Adaptif, Nurmatif, Inspiratif, Solutif) yang berusaha mengurai kusut-kusut yang telah dilakukan dengan sebuah langkah demi kebaikan bersama, tali persaudaran yang kuat.

"Halal bihalal merupakan sebuah media untuk mengembalikan kekusutan hubungan persaudaraan dengan saling memaafkan pada saat dan atau setelah hari raya Idul Fitri. Sehingga istilah halal bihalal itu hanya  dikenal seusai sholat Idul Fitri" katanya.

Keluarga besar Esemku Manis mekukan ikrar bersama saling beri maaf. (Foto :Dok/Diq)
Keluarga besar Esemku Manis mekukan ikrar bersama saling beri maaf. (Foto :Dok/Diq)

Saling memaafkan

Sementara itu,  H. Ismadi, S.Pd, MM, Kepala Sekolah Esemku Manis dalam sambutannya menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan halal bihalal ini. Manusia itu tidak akan lepas dari dosa. Karena itu, pada kesempatan ini kita sepantasnya saling memaafkan diantara kita. "Kita ini saudara, jadi sepantasnya kita saling memaafkan," tukas Ismadi.

Dikatakan,  interaksi sosial  di masyarakat  misalnya selama setahun sebelum Idul Fitri di tengah-tengah kita terjadi kesalahpahaman, atau banyak kesalahan -kesalahan lain yang dilakukan secara sengaja maupun tidak di antara sesama, maka halal bihalal ini adalah sebagai momen dan  waktu yang baik  untuk mengurai keruwetan yang tentu mengganjal hati tersebut,  dengan cara meminta maaf dan juga memaafkan,” terangnya.

Tampak ibu ketua darma wanita Esemku Manis juga hadir dalam merajut benang berah Esemku Manis (Foto:Dok/Diq)
Tampak ibu ketua darma wanita Esemku Manis juga hadir dalam merajut benang berah Esemku Manis (Foto:Dok/Diq)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun