Mohon tunggu...
Moch Shidiq
Moch Shidiq Mohon Tunggu... Penulis - Pendidik di Klaten, penulis buku

Hobby Tenis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Zaman Z, Guru Seperti Apa yang Jadi Idaman Peserta Didik

31 Oktober 2022   21:25 Diperbarui: 31 Oktober 2022   21:47 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta didik yang antusias yang perlu terus dikembangkan dalam pembelajaran di zaman Z (Foto: Dok/Diq)

Peserta didik di zaman Z atau abad 21 tentu akan lebih kental dengan interaksi data dan informasi. Kemajuan tehnologi komunikasi menjadi pijakan dalam mengarungi proses pendidikan yang ia jalani. Karena itu guru harus bisa juga mengimbangi dengan keinginan dan perkembangan yang ada dalam dunia kesiswaan kita. Guru tidak bisa di tawar harus mampu mengintegrasikan tehnologi, informasi dan komunikasi, serta pengelolaan belajar yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Guru yang sudah "dipathok"di masyarakat dengan dokma, digugu dan ditiru hingga saat ini masih terus terpatri. Pemikiran ini juga masih sejalan dengan sebagaian besar peserta didik -anggapan masyarakat - di masa milinia dan zaman Z mendatang. Karena itu guru harus terus berbenah dan melengkapi diri dengan berbagai "kebutuhan" proses pembelajaran yang sesuai dengan zamannya.

Masa depan bangsa dan negara ini, sangat tergantung bagaimana guru sekarang itu berkiprah. Guru yang kreatif, inovatif dan inspiratif akan mendorong bangsa ini mencapai tujuan yang diharapkan. Kemudian, bagaimana sebenarnya guru yang diidamkan peserta didik pada masa depan itu - baca abad 21 ?.

Dambaan peserta didik

Nindi Arifah (14), salah seorang peserta didik SMPN di Jakarta dalam sebuah diskusi "pembelajaran yang didambakan siswa abad 21" menyebutkan, siswa pada dasarnya menginginkan kehadiran guru dikelas yang smard, humoris namun tegas dan disiplin, menyayangi peserta didik, serta tidak gaptek tehnologi. "Smard di sini guru tampil menawan, rapi, cakap dan yang lebih penting dalam menyampaikan materi pembelajaran bisa menyenangkan dan mudah diterima"

Harapan Nindi dalam proses pembelajaran adab 21 juga banyak disampaikan sejumlah siswa di berbagai daerah. Anna Ifmawati (15) di Bandung dalam curhatan seorang siswa yang ditayangkan TV Swasta, beberapa waktu lalu, meminta, bapak-ibu guru ketika mengajar hendaknya jangan hanya asal mengajar, "sombong" dan pamer keberhasilan. Guru itu sebaiknya  bisa menjadi tempat curahan hati, menjadi ayah dan ibu yang mampu ikut membantu siswa dalam kehidupan remajanya.

Dengan begitu guru itu, bisa membawa semangat saat siswa sedang malas, tidak mood atau sedang ada masalah dalam lingkungannya. "Intinya guru itu bisa menjadi pemotivasi kita bersama, jangan hanya marah-marah yang tidak mendengar kondisi yang kita alami," kata Nindi.

Dambaan dan keinginan Nindi dan Anna ini tidak berlebihan, bahkan bisa dikatakan sejalan dengan pandangan Prof. Syawal Gultom, guru besar UPI Bandung. Dalam makalahnya  "Arsitek masalah guru dan dinamika perubahan kurikulum" dipaparkan, guru di zaman Z hendaknya juga harus mengikuti pergeseran paradigma belajar Abad 21.  Pertama, pembelajaran hendaknya diarahkan untuk mendorong peerta didik mencari tahu dari berbagai sumber, bukan diberi tahu. Kedua, pembelajaran diorientasikan  untuk mampu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya menjawab.

Ketiga, guru dalam pembelajaran hendaknya melatih berfikir prosedural dan meta koknitif bukan melaksanakan kegiatan rutin (mekanistik). Keempat, pembelajaran hendaknuya menekankan pentingnya komunikasi, lisan dan tulisan. Di samping itu, Syawal Gultom juga menyebutkan guru  hendaknya  membentuk jejaring untuk bekerjasama berkolaborasi, serta pembelajaran berbasis aktivitas.

Peserta didik yang antusias yang perlu terus dikembangkan dalam pembelajaran di zaman Z (Foto: Dok/Diq)
Peserta didik yang antusias yang perlu terus dikembangkan dalam pembelajaran di zaman Z (Foto: Dok/Diq)

Kriteria Guru Memesona

Dengan pergeseran itu, mau tidak mau guru di zaman Z itu harus yang memesona, agar keberadaanya dicintai atau bahkan jadi idola peserta didiknya. Kemudian apa yang dimaksud guru memesona itu. 

Menurut Hernowo dalam salah satu tulisanya di Kompas.com di sebutkan, guru memesona itu setidak-tidaknya harus memiliki tujuh (7) kriteria. Ditegaskan, tujuh indikator guru memesona itu adalah, pertama guru itu mau dan mampu menghidupkan kelas. Dia juga harus memiliki kepiawaian yang bisa menghangatkan suasana di ruang kelas.

Kedua, guru itu pandai bermetafora, mampu membuat jok-jok segar atau dengan kata lain guru yang humoris, sehingga tidak membosankan di hadapan peserta, tidak monoton. Ketiga, guru harus mengusai informasi, tehnologi dan komunikasi, dengan begitu guru tidak akan ketinggalan zaman dengan perkembangan dunia kelas - pendidikan - dan dunia luar. Ketiga, dalam kelas guru harus berperilaku rapi, sopan dan menarik, tampil yang menawan, bisa menjadi teladan. "Ajining diri ono ing lathi , ajining rogo ono ing busono" (Harga diri orang itu terletak pada lidahnya (omongannya), dan harga diri badan itu dari pakaiannya.)

Keempat, guru itu harus banyak membaca dan menulis sehinga akan muncul inspiratif dalam pengembangan dirinya. Dalam bahasa yang lain ia bukan hanya sekedar konsep. Ia juga bukan sebentuk pengetahuan yang cukup jika sudah dipahami dan dikuasai, bukan pula pengetahuan yang steril. Ia harus menjadi semacam ilmu yang bisa diamalkan dan terbukti "melekat" pada diri seseorang."Melekat di sini berarti bahwa ilmu itu dapat menyatu dengan diri seseorang - bukan sekedar menempel atau menjadi rumus-rumus yang dihafal saja - dan mendorong orang-orang yang memiliki ilmu itu untuk berubah, bersikap dan bertindak atas dasar konsep yang di kandung sang ilmu.

Pelibatan emosional guru juga harus tetap terjaga dalam proses pembelajaran di sekolah. Seorang pendidik harus memperhatikan persolan penting dan mulai berani mencoba untuk mengarah wilayah baru. Guru terus berpikir bagaimana  agar pembelajaran sebuah ilmu terlihat sangat emosional - baca serius dan sungguh-sungguh. Namun dan yang kelima, guru yang memesona ittu dalam kegiatan belajar mengajar pendidik - meski pelibatan emosional - pendidik harus mampu membuat nyaman peserta didik, (bebas stres) dan menyenangkan.

Keenam, guru harus mampu memotivasi peserta didiknya, agar tetap semangat belajar, tidak putus asa dan selalu berusaha atau bekerja keras demi masa depannya. Guru mengajar itu artinya membuat kehidupan seorang murid berbeda setiap harinya, ada dorongan yang kuat untuk berbeda dari yang sebelumnya.

Ketujuh, seorang guru harus "canggih" tidak hanya sekedar memakai peralatah atau sarana tehnologi pembelajaran, tetapi "canggih" dalam memilih mana materi yang penting dan bergarga untuk diolah, disimpan dan dikonstruksi serta dihidupkan. "Siapa saja yang ingin menjadi guru yang memesona dan dicintai peserta didik dalam mengajar - proses pembelajarannya - harus bisa menarik dari pada acara televisi atau game-game atau hal-hal lain yang ditampilkan oleh dunia, bukan sekolah. Bisakah atau mampukah ?.

Inilah tantangan  yang harus dipahami dan dihadapi oleh seorang guru yang dikatakan memesona. Ilmu-ilmu yang dipelajari disekolah sehingga mejadi ilmu yang memberdayakan, bukan yang memayahkan atau bahkan menyiksa. Ilmu yang diajarkan di sekolah seyogyakan dikontekskan dengan realitas kehidupan. Ilmu yang dipelajari harus kemudian membuat diri si pemilik ilmu dapat menerapkan di lingkungannya. Atau setidaknya,  ilmu itu harus mampu mendorongnya untuk menciptakan karya nyata. Semoga. (Diq)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun